Acub Zainal dan Olahraga di Papua, dari sepak bola sampai pugar stadion Mandala

21bJayapura,GP- Jenderal Berbintang Satu Acub Zainal adalah salah satu Panglima Kodam XVII Cenderawasih yang mampu menarik hati masarakat Papua. Bayangkan setiap ada film baru di Kota Jayapura selalu diputar dikediaman Panglima. Waktu itu hanya ada bioskop Harapan (Jayapura Teatre),Sarinah dan Bioskop Paldam. Sebelum diputar di bioskop, masyarakat menyaksikan film baru layar tancap di rumah kediaman Panglima di Dok V Atas Jalan Trikora.

Bahkan kebijakan orang nomor satu di jajaran Kodam XVII ini juga memerintahkan agar warga  boleh menumpang kendaraan dinas milik perwira. Para perwira wajib mengangkut dan mengantarkan masyarakat ke kota, kalau jalan mereka se arah dengan ke kota Jayapura. Anak-anak sekolah sangat beruntung dengan kebijakan ini. Banyak yang terselamatkan pergi ke sekolah karena angkutan umum saat itu masih terbatas.

Jenderal yang suka dengan olahraga ini pertama kali menjadi Panglima Kodam XVII Cenderawasih, langsung memugar stadion Mandala. Peralatan Zipur digunakan untuk mengerjakan proyek pemugaran stadion Mandala agar memenuhi standar bagi kompetisi sepak bola.

131Kompetisi yang pertama kali digelar jaman Acub Zainal adalah kompetisi antar tingkat sekolah dasar mulai dari Kota Jayapura hingga daerah Abe dan Sentani. Hanya saja sekolah-sekolah dasar yang dominan juara dari SD YPK Dok VIII, Mettu Dwaramuri, Stepanus Korwa sedangkan dari SD Hamadi Yapi Rumbrar dan Sergius Fonataba. Anak-anak SD YPK Paulus Elly Tiba dan Korneles Eiybe, begitupula anak anak SD Kristus Raja. Bertus Tamnge dan kawan-kawan dari SD Kristus Raja Dok V harus menelan kekalahan besar dari SD Dok VIII.

Beberapa tahun kemudian anak-anak SD hasil kompetisi antar sekolah dasar ini mentas jadi pemain Stephanus Korwa, Mettu Dwaramuri, Johanes Beno, Sergius Fonataba, Bertus Tamnge, Nico Ramandey, Rully Nere. Bahkan Stevanus Korwa ikut bergabung memperkuat klub Arema yang waktu masih milik Acub Zainal. Mettu Dwaramuri kini menjadi asisten pelatih Persipura dan sebelumnya memperkuat timnas Indonesia.

Setelah stadion Mandala selesai dipugar, Panglima Acub Zainal segera memutar kompetisi sepakbola antar sembilan Kabupaten di Provinsi Irian Jaya. Ke sembilan kabupaten ini memperebutkan Piala Acub Zainal Cub setiap tahun. Tahun pertama klub Persimer Merauke kandaskan Persipura Jayapura dengan skor 2-1 di Stadion Mandala.

Usai menggelar kompetisi Acub Zainal, seluruh pemain terbaik Papua bergabung dalam Irian Jaya Selection. Tak tanggung-tanggung pelatih asing asal Singapura Choi Song On dan dalam tempo dua tahun klub Irian Jaya bernama Persipura masuk dalam jajaran elit sepak bola Indonesia di era 1975/1976.

Acub Zainal juga mendirikan klub Perkesa 78 yang menampung seluruh pemain sepak bola asal Papua. Menurut Niko Ramandey gelandang Persipura Junior rekan seangkatan Rully Nere hampir semua anak-anak Papu bergabung di Perkesa  78.”Kita memanggil Pak Acub dengan sebutan Jenderal,”kata Niko Ramandey.

Menurut Niko pemain-pemain Perkesa 78 adalah Yafet Sibi (kapten), Saul Sibi, Oni Mayor, Stepanus Korwa, Bertus Tamnge, Agus Ohee, Robbie Maruanaya.”Sayangnya gara-gara diduga terlibat suap dan sang jenderal marah,”kata Niko Ramandey.

Acub Zainal juga meningkatkan cabang olahraga tinju, binaraga dan angkat besi, atletik dan olahraga beregu lainnya seperti volley dan basket.”Acub Zainal membayangkan suatu saat ada anak-anak Papua yang meraih medali emas di ajang Olimpiade dan berlarian mencium bendera Merah Putih,”kata Niko Ramandey salah seorang pengurus KONI Papua 2014.

Levi Rumbewas adalah salah satu atlit binaraga dan angkat besi yang masuk dalam pembinaan atlet jaman pemerintahan Gubernur Irian Jaya Acub Zainal. Mendiang jenderal berbintang satu ini melengkapi sarana angkat besi dan binaraga di Stadion Mandala. Bahkan pelatih-pelatih berlevel nasional datang menjadi pelatih angkat berat dan binaraga di Stadion Mandala. Tak heran kalau putri Levi Rumbewa bisa menembus olimpiade dan meraih medali perak bagi kontingen Indonesia.

Apa yang dibuat Acub Zainal sebenarnya bukan pekerjaan gampang dan instant tetapi bertahap dan tidak berburu-buru. Pengalaman sebagai pelaksana PON VII Surabaya 1969 sebagai modal awal bagi Jenderal Acub Zainal untuk memajukan olahraga di Papua. Bayangkan membangun olahraga tanpa dana Otsus dan bermodalkan semangat membangun saja. Itulah jenderal Acub Zainal,walau demikian program operasi koteka di Papua juga mendapat protes.(Jubi/dominggus a mampioper)

Tinggalkan komentar

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑