Jack Komboy bilang Johanes Auri the real legend Persipura

Jayapura,GP- Mantan defender Persipura Jack Komboy bilang Johanes Auri mantan bek timnas Indonesia dan Persipura adalah the real Persipura legend. “Ya kaka senior itu benar benar real legend Persipura,”kata Komboy dalam diskusi virtual bertajuk Persipura dan Masa Depan Sepak Bola di tanah Papua, Rabu(21/7/2021) malam.

Dia menambahkan kaka senior Johanes Auri telah meninggalkan jejak kesuksesan bagi tim berjuluk Mutiara Hitan dan dirinya hanya melanjutkan estafet perjalanan sejarah Mutiara Hitam. Bahkan Jack Komboy sendiri masuk Persipura lewat kompetisi klub antar divisi utama Persipura yang kala itu sering berjalan sesuai kalender kerja klub Persipura saat itu. “Saya dari klub Cenderawasih dan lolos seleksi masuk Persipura gabung dengan legenda Persipura Carolino Ivakdalam, Eduard Isir dan lain lain. Hingga akhirnya tinggal saya dan Eduard Ivakdalam,”kata mantan wakil kapten Persipura. Anggota DPR Papua dari Partai Hanurani ini tak segan segan memuji mantan Ketua Umum Persipura MR Kambu. Bayangkan kata Jack Komboy dari bonus hanya Rp 300 ribu, langsung mengenal gaji dan kontrak di bawah naungan menejemen dan Ketua Umum MR Kambu. “Bagi saya menejemen di bawah Ketua Umum MR Kambu sangat bagus saat itu,”katanya.

Berbeda dengan seniornya, Johanes Auri justru mengusulkan agar ada pembinaan usia dini bagi pesepak bola muda Papua agar ke depan pemain pemain muda Papua bisa melanjutkan kejayaan Mutiara Hitam maupun berkiprah di sepak bola Indonesia.”Saya berharap ke depan ada anak anak muda Papua yang lebih berprestasi lagi,”kata Auri yang Namanya disebut dalam lagu berjudul Persipura itu.

Hal senada juga dikatakan Yanto Basna, bahwa para pemain Papua sangat berpotensi untuk bermain di Liga Thailand. “Agen saya di Bangkok Thailand tertarik untuk mencari talenta muda dari tanah Papua dan saya ingin harus ada lima sampai enam pemain asal Papua,”katanya seraya menambahkan sudah empat tahun di Thailand sangat sulit mendapatkan pemain pemain muda asal Papua. Dia menambahkan baru saja Terens Puhiri ke Thailand tetapi kembali begitu pula dengan Todd Rivaldo Ferre yang dipinjamkan ke klub Thailand. “Saya sangat berharap agar anak anak Papua harus keluar dari zona nyaman dan bermain di luar negeri. Tidak semua talenta muda bisa masuk Papua karena tim butuh 11 pemain sedangkan klub klub di Papua sudah sedikit,”kata mantan SSB NUmbay Star Kota Jayapura itu.(*dominggus a mampioper, jubi.co.id)

Aksi Koboi Pengurus Persipura

Jayapura, GP-AWAL Agustus 2008 lalu, saat Tim Persipura Jayapura menjamu Tim Persijap Jepara di Stadion Mandala Jayapura, terjadi peristiwa yang sangat menghebohkan, memalukan, dan sekaligus mencoreng wajah persepakbolaan Papua, dan juga Indonesia.

Hari itu, sementara pertandingan sedang berlangsung dan kedudukan kemenangan sementara Persijap Jepara 1 dan Persipura NOL! Keadaan ini membuat para pengurus Persipura yang sedang duduk nonton pun mulai panik dan mulai mengatur Pelatih Persipura Raja Isa, yang sedang sibuk mengontrol pertandingan pemainnya di lapangan.

Tiba-tiba dari hal yang tidak jelas, kemudian timbul salah pengertian dan rasa ketersinggungan, sebanyak tiga orang pengurus puncak Persipura entah siapa yang memulai rame-rame keroyok Pelatih Persipura Raja Isa di pinggir lapangan. Banyak mata di Stadion melihat tiga orang yang keroyok, tapi kemudian dibantah hanya seorang yang keroyok. Dan dia sudah dipecat dari kepanitiaan dan denda Rp 150 juta.

Peristiwa itu sontak menimbulkan rasa marah dari pemain dan penonton di lapangan saling kejar, dan hujan batupun tak terelakkan. Pertandingan dihentikan sementara menenangkan situasi, kemudian dilanjutkan sampai selesai dengan kedudukan 1:1 untuk Persipura dan Persijap Jepara.

Diakhir pertandingan, tak satupun pengurus Persipura terutama para pengeroyok bisa berani meninggalkan Stadion Mandala. Karena hujan batu masih terus mengalir ke arah tempat mereka berlindung. Para suporter Persipura Mania bersama penonton jaga diluar stadion awasi para pelaku aksi di lapangan.

Aksi pengeroyokan itu menandakan orang-orang yang duduk di pengurus olahraga terutama sepakbola itu tidak tahu aturan sepak bola. Memang pantas aksi kesewenangan itu bisa terjadi karena mereka, orang-orang yang tidak tahu sepakbola yang jadi pengurus organisasi sepakbola. Jadi bisa dipahami bagaimana perilaku mereka mengurus sepak bola.

Setiap bagian dalam organisasi sepak bola secara utuh memiliki aturan dan otoritas yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Contoh, pemilik klub sepakbola yang keluarkan uangnya sendiri dari sakunya untuk memberi makan klub saja tidak punya hak apapun mengurus pemain yang ada di dalam lapangan, termasuk memerintah pelatih gonta-ganti pemain. Walaupun ada pemain favoritnya di situ.

Saat pertandingan pemilik klub dan pengurus klub hanya boleh datang duduk manis di tribun VIP menikmati pertandingan. Sementara yang boleh berada di sekitar lapangan adalah pemain pengganti, official, pelatih dan asisten pelatih, pemain dan wasit. Otoritas penuh di wilayah lapangan adalah pelatih, dan otoritas tertinggi selama pertandingan di dalam lapangan adalah wasit.

Lebih dari itu, siapapun dia tidak punya hak dan otoritas sedikitpun. Mereka yang lain hanya datang menonton pertandingan. Tapi ini lain dengan aturan Pengurus Persipura. Kekuasaan, penguasaan, memerintah dan kesewenangan dalam birokrasi diterapkan dalam mengatur sepak bola di lapangan?

Aksi pengeroyokan terhadap Pelatih Persipura Jayapura, Raja Isa oleh trio Pengurus Persipura adalah hal yang sangat memalukan, jijik dan perilaku pengurus organisasi seperti itu tidak pernah terjadi di manapun di dunia ini. Aksi Trio petinggi Persipura itu merupakan yang pertama dalam sejarah persepakbolaan di dunia.

Kalau aksi itu dilakukan oleh para penonton atau fans klub Presipura itu bisa dipahami. Tapi coba pikir, ini dilakukan oleh para pejabat teras dalam pemerintahan Kota Jayapura, yang juga menjadi pengurus teras dalam organisasi Persipura.

Dimanapun, apakah permainan politik atau pertandingan olahraga ada yang menang dan kalah. Itu hal yang lumrah dan tidak akan pernah diubah. Hanya orang-orang yang tidak punya otak yang selalu lawan kondisi normal itu, akhirnya menimbulkan situasi kekacauan dalam kehidupan masyarakat.

Apa yang terjadi di Stadion Mandala adalah wajah perilaku pengurus sepakbola Indonesia. Klub-klub organisasi sepak bola di negara-negara maju bisa maju dan modern karena diurus oleh para mantan pemain sepakbola. Sementara di Indonesia, termasuk Persipura diurus oleh orang-orang yang tidak tahu bola. Sehingga sepakbola Indonesia begitu saja.
Tidak mungkin mendekati jejak perkembangan sepakbola Afrika. Ini seperti bumi dan langit. Pengurus sepakbola Indonesia masih berkutat dengan kebutuhan dasar, sementara di Afrika pengurus sepakbolanya berkutat persoalan jangka panjang.

Negara-negara Benua Afrika hidup dalam kondisi miskin, korup, setiap hari perang dan para pemimpinnya memerintah rakyatnya dengan tangan besi, tapi soal prestasi sepakbola dunia jangan ditanya. Sebagian besar pemain sepakbola Afrika merajai liga-liga dunia. Mereka dibeli dan dikontrak dengan harga ratusan miliyar rupiah. Sementara Indonesia? Hanya baru bisa mimpi (BBM).

Mungkin sebagai rasa tutup malu atas aksi pengeroyokan terhadap Raja Isa yang selama ini melatih Persipura dengan prestasi yang sedang berada dipuncaknya, dipecat dengan alasan sedikit menggunakan kelemahannya. Ini mungkin harga mahal yang harus dibayar untuk sepakbola Papua dalam jangka panjang. Tidak hanya itu, para koordinator Persipura Maniapun menjadi tersangka pencemaran nama baik atas slogan-slogan mereka menghibur pemain dan penonton selama pertandingan.

Dampak tutup malu dan pemulihan nama baik atas aksi para pejabat itu sendiri tidak hanya mempolisikan suporter dan memecat pelatih Persipura Raja Isa. Tapi kabar menakutkan pun menyebar dikalangan media massa. “Barang siapa memberitakan peristiwa aksi itu dengan menyebut nama salah satu pengeroyok maka akan dipidanakan dengan tuduhan pencemaran nama baik.” Beginilah rupa pejabat kita yang hanya hidup menakuti warga dengan kekuasaannya. Makanya, jadi pejabat dan tidak mau kelakuan buruknya dikritik rakyat, tidak usah too jadi pejabat? (suara perempuan Papua)

Persipura Tak Dapat Dana APBD Lagi

Jayapura, GP- Sejaki 2008 lalu, Pemerintah Kota Jayapura, tak lagi memberikan dukungan dana dari APBD untuk Persipura. Padahal, tahun 2006, klub ini dapat Rp 15 miliar. Tapi kini manajemen Persipura dikelola badan usaha sendiri. Persipura pun harus berupaya menggali dana dari sumber lain.

AWAN hitam masih menutup manajemen Persipura. Pasalnya, bukan hanya dugaan kasus pemukulan terhadap pelatih Persipura, Raja Isa saja, tapi juga persoalan dana.

Biaya yang dibutuhkan Persipura tidak sedikit. Katakan saja, untuk satu musim kompetisi antara Rp 30 miliar sampai Rp 50 miliar. Untuk itu, sejumlah pengusaha, salah satunya Toko Ifan Sport diminta untuk dapat memberikan royaliti atau fee lantaran toko ini menjual kostum Persipura.

Tapi aturan untuk mendapatkan royalti atau fee dari penggunaan nama dan logo Persipura ini masih perlu disosialisasikan.

Sekretaris Umum Persipura H. MH. Thamrin Sagala mengaku bahwa sejak launching badan hukum berupa perseroan terbatas (PT) yang menangani Persipura ini masih dalam proses, sehingga payung hukum untuk penarikan bagi hasil atau fee penjualan produk Persipura ini belum bisa dilakukan.
“Jadi kami masih berikan toleransi kepada para pengusaha yang menjual kaos dan logo Persipura,” ungkap Thamrin Sagala seperti yang dilansir media di Jayapura pada pertengahan Juli 2008.

Meski para pengusaha ini belum mendapatkan izin resmi dari manajemen Persipura untuk menjual produk yang berkaitan dengan Persipura, namun menurut Thamrin, selama ini para pengusaha ini juga sudah dikenal dan terlibat memberikan dukungan moral pada Persipura. Tapi dengan berubahnya manajemen Persipura menjadi satu badan usaha sendiri, maka dukungan ini diharapkan tidak hanya moral tapi juga diwujudkan dalam bentuk finansial, yakni dengan kewajiban membayar royalti ke Persipura.

Selain itu, menjelang Liga Super Indonesia 2008 bergulir, Persipura Jayapura telah mendapatkan sponsor dari perusahaan asal Makassar, PT. Bosowa. Dengan dukungan dari Bosowa ini, maka tim berjuluk “Mutiara Hitam” itu takkan mengalami krisis dana untuk mengarungi kompetisi LSI setahun penuh.

Meski PT. Bosowa berada di Makassar, namun beberapa proyek pekerjaan mereka banyak berada di Papua. “Kami resmi kerjasama dengan Bosowa dalam bentuk sponsorship. Namun nilai yang ditawarkan masih dibicarakan lebih lanjut,’’ ujar Manajer tim, Rudi Maswi.

Untuk itu, saat ini para pemain Persipura sudah memasang logo Bosowa di kostum tim. Sementara itu, kesuksesan Persipura mendapatkan sponsor dari PT. Bosowa, ditanggapi biasa-biasa saja oleh manajemen PSM. Padahal, PT. Bosowa sendiri merupakan perusahaan milik putera daerah di Makassar. “Semua itu ’kan urusan bisnis. Pasti mereka sudah menghitung untung dan ruginya,’’ ujar Ketua Umum PSM, Ilham Arief Sirajuddin.
Ilham sendiri tak khawatir jika PSM tak mendapat bantuan dari PT. Bosowa. Ia menilai, masih banyak sponsor lain yang ingin bekerjasama dengan klubnya karena PSM punya nilai jual yang tinggi. Kini Persipura membutuhkan dana yang cukup besar. Tapi tahun 2006, Persipura mendapat dana dan diakomodasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 15 miliar.

Walikota Jayapura Manase Roberth Kambu dalam menanggapi pandangan umum fraksi-fraksi atas nota keuangan dan RAPBD Kota Jayapura, menjelaskan bantuan itu akan diambil dari APBD Kota Jayapura melalui pos bantuan keuangan kepada organisasi profesi.

Sebagai klub profesional dan konsekuensi dari tim disegani di Indonesia, Persipura memerlukan biaya tidak kurang dari Rp 15 miliar untuk kontrak pemain, gaji pemain serta tuntutan fasilitas lainnya setiap putaran liga nasional.

Bantuan PSSI dan sumber-sumber sponsor serta pendapatan sendiri hanya mampu menutupi kurang lebih 20 persen dari kebutuhan biaya yang diperlukan. “Tidak ada pilihan lain, supaya Persipura tetap eksis di kancah nasional, maka sumber anggaran satu-satunya adalah APBD,” katanya.
Tapi kini, klub-klub sepak bola tidak diperbolehkan menerima dana dari APBD. Soal dana APBD memang sedang ramai dibicarakan. Klub-klub Liga Indonesia yang belum lama ini berkumpul di Tangerang, merasa dana APBD itu sangat membantu mereka untuk berkompetisi. Bahkan selama ini harapannya hanya itu.

Tanpa dana APBD, klub-klub akan bubar. Mana yang benar? Namanya juga kompetisi bersifat profesional, kenapa ketergantungan kepada pemerintah begitu besar? Menghimpun dana dari luar untuk kegiatan berkompetisi di divisi utama Liga Indonesia.

Soal dana APBD memang sedang ramai dibicarakan. Kalau para pengamat hingga rakyat menghendaki, jangan lagi memakai dana itu. Sebab, seperti keputusan Menteri Dalam Negeri, bahwa dana APBD bukan hanya untuk kepentingan sepakbola, tapi juga cabang-cabang lain, dan kegiatan sosial yang lain.

Barangkali rakyat tidak akan marah, kalau hasil yang dicapai dari sepakbola ini memang sesuai dengan harapan. Karena sepakbola dinilai dapat mengangkat martabat bangsa dan negara. Tapi yang muncul sekarang ini, prestasi yang menukik terus. Rakyat sangat wajar kecewa, karena uang yang digunakan berasal dari rakyat.
Apalagi penggunaan anggaran di klub-klub sangat tidak wajar. Pertanggungjawabnya sulit ditelusuri. Laporan keuangannya amburadul.

Pemain digaji cukup besar, tapi hasilnya bagaimana? Yang untung justru pemain-pemain asing itu. Dibayar besar, tapi tidak bisa mengangkat sepakbola Tanah Air secara keseluruhan.
Lalu bagaimana Persipura? Apakah Persipura berhasil menggalang dana sehingga klub ini dapat terus mengikuti Superliga Indonesia?
***Kris Ansaka suara perempuan Papua

Addio el Capitano Boaz T Solossa

Pekerjaan rumah klub melahirkan pemain berbakat melalui akademi sepak bola Persipura

Usai memperkuat tim sepak bola Pekan Olahraga Nasional (PON) Irian Jaya 2004, el Capitano Boaz T Solossa langsung direkrut masuk tim senior Persipura Jayapura. Di bawah arahan pelatih Rahmad Darmawan adik kandung Ortisan Solossa ini menjadi pemain inti dalam tim senior. Bersama kaka Eduard Ivakdalam meraih juara Liga Indonesia mengalahkan Persija yang diperkuat abang kandungnya Ortisan Solossa.

Ini memang pekerjaan rumah bagi klub yang memiliki kewajiban mencetak pemain baru melalui Akademi Sepakbola Persipura. Padahal pemain muda berbakat seperti Todd Rivaldo Ferre adalah hasil didikan Sekolah Sepak Bola Imanuel Sentani. Begitupula dengan David Rumaikewi mengenal dasar dasar sepak bola di SSB Batik Kotaraja Jayapura termasuk Nelson Alom dan Patrick Womsiwor jebolan SSB Emsyik Waena, Kota Jayapura.  Meminjam bahasa Italia, jubi hanya bilang Addio el Capitano Boaz T Solossa.(*)

Bayangkan usia 16 tahun, Boaz membela timnas Indonesia begitu pula Bersama tim Mutiara Hitam, Bochi panggilan akrab Boaz kembali membawa Mutiara Hitam juara Indonesia Super League dibawah asuhan pelatih Jacksen F Tiago juara ISL 2008-2009. Musim ini membawa Bochi, Ernest Yeremiah dan Beto menjadi trio striker tersubur. Musim itu tim Mutiara Hitam mencetak 81 gol dan 77 gol hasil lesakan Boaz, Yeremia dan Beto Gonzalves.

Memasuki musim 2009/2010, kaka Edu harus angkat kaki dan pilihan el Capitano atau ban kapten Boaz T Solossa. Saat launching tim Mutiara Hitam semua pemain sepakat pemain kelahiran Sorong, 16 Maret 1986.

Sejak itu el Capitano Boaz dan kawan kawan membawa Persipura juara meraih dua gelar dan bahkan lolos sampai ke babak semi final Piala AFC 2014. Kecintaan Boaz terhadap tim Mutiara Hitam bukan setengah hati tetapi dengan sepenuh jiwa dan raga. Padahal saat itu banyak tawaran bagi pemain hasil binaan Putra Yohan Sorong itu. Seandainya Boaz mau keluar negeri, sudah pasti akan merumput di negeri tulip negeri Belanda. VVV Venlo Belanda dan Cesena Italia pada 2011 setelah Boaz dan kawan kawan membawa Persipura juara ISL kedua kalinya.

Tak heran kalau striker Bali United Iilija Spasosevic menyebutkan kalua Boaz layak bermain di Liga Eropah, sebab pertama kali melihat kapten Persipura itu bermain kaget dan merasa kagum. “ Dia memiliki skill mumpuni dan pantas ke Eropah,”kata Spasso kala itu.

Namun sekali lago Boaz memilih Persipura dan bertahan hingga akhir el Capitano itu harus dipecat gara gara indispliner. Persipura mengumumkan telah memecat kedua pemain senior itu pada Selasa (6/7/2021)  dengan penyebabnya yang disebut dalam rilis akun Instagram klub,@ persipurapapua1963.

Bagai petir disiang bolong, el Capitano harus menyerahkan ban kapten Mutiara Hitam ke Ian Kabes salah seorang pemain senior yang biasa menjadi wakil kapten Persipura. Sekadar catatan jubi.co.id bahwa pecat pemain adalah hal yang biasa, apalagi wewenang ada di tangan menejemen klub. Mungkin yang menjadi persoalan mampukah tim Mutiara Hitam membina dan melahirkan pemain pemain muda sekaliber Boaz dan kawan-kawan.

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑