Ganti nama Stadion Mandala jadi Acub Zainal

Jayapura, GP- Mantan atlit nasional tinju asal Papua, Carol Renwarin dan mantan gelandang Persipura Papua era 1970 an Benny Yensenem pernah mengusulkan agar nama almarhum Acub Zainal diabadikan dalam menggantikan nama Gedung Olah raga Cenderawasih atau bisa juga stadion Mandala Jayapura menjadi nama Stadion Acub Zainal.

Stadion Mandala, saat final Persipura melawan Persimer Merauke dalam final Acub Zainal Cup 1973 dimenangkan Persimer. Timo Kapisa dan kawan-kawan dikalahkan Marinus Marisan dan Edi Sabenan dari Persimer,dok

Namun sampai kini belum ada kepastian atau realisasi dari usulan kedua mantan olahragawan Papua. Berikut usulan juga datang dari mantan Wakil Gubernur Provinsi Papua Drs. Herman Monim yang menegaskan sebaiknya stadion Mandala dirubah menjadi Stadion Acub Zainal.

“Saya menilai sebaiknya stadion Mandala yang dirubah menjadi Stadion Acub Zainal saja,” ujar mendiang Herman Monim mantan kiri luar Persipura era 1960 an kepada LEGO di kediamannnya Kampung Hanele Kabupaten Jayapura, beberapa waktu lalu.

Stadion Mandala sekarang-dok

Dia mengatakan kegigihan mantan Gubernur Irian Jaya dan Pangdam XVII Cenderawasih itu sangat berarti terhadap kemajuan olah raga di tanah Papua termasuk sepak bola.

Memang almarhum Acub Zainal banyak membina olahraga di Papua mulai dari sepak bola, atletik, tinju dan angkat besi, bina raga. Peralatan bina raga yang terdapat di pusat pelatihan di kompleks Mandala Jayapura merupakan peninggalan Acub Zainal.

Hasil dari peralatan dan sumbangsihnya tanah Papua banyak melahirkan atlet angkat besi dan bina raga. Levi Rumbewas adalah salah satu atlet yang pernah merasakan jasa baik dari manfaat sisa peralatan pemberian Acub Zainal sewaktu masih menjadi Gubernur Irian Jaya.

Lisa Rumbewas putri Levi Rumbewas telah melanjutkan prestasi yang telah dirintis orang meraih medali perak dan perunggu di Olimpiade dalam olahraga angkat besi.(*)

Danone lahirkan banyak pesepak bola di Papua

Jayapura, GP-Lahirnya the rising star Todd Rivaldo Ferre, Patrick Womsiwor dan Yanto Basna serta Terens Puhiri adalah generasi sepak bola Papua melalui sekolah sepak bola (SSB). Bahkan Todd Ferre dan Patrick Womsiwor kini dikontrak Persipura sedangkan Terens Puhiri bermain di Borneo FC dan Yanto Basna di LIga Thailand.

Todd Ferre belum pernah juara Danone di SSB Imanuel Sentani, hanya Patrick Womsiwor Bersama SSB Emsyik. Begitupula Yanto Basna dan Terens juara Danone saat masih di SSB Numbay Star. M Tahir jebolan SSB Tunas Muda Hamadi

Tercatat hamper 45 SSB di Kota Jayapura, mulai dari Batik FC, Nafri FC dan Cenderawasih FC, Tunas MUda Hamadi, Imanuel Sentani, Pasific Star, Wahenlow Sentani. Heins FC.

Terens Puhiri Persipura U15

Anak anak Papua bermain bola mirip bocah Brasil

Jayapura, GP-Pelatih Kepala tim “Mutiara Hitam” Persipura Jayapura Jacksen Ferreira Tiago tahu betul saat anak-anak Papua bermain bola di hampir setiap kampung di Provinsi Papua. Anak-anak Papua selalu mengutamakan satu dua sentuhan dan passing sembari tertawa, tersenyum sewaktu berlari, menggiring bola dan mencetak gol sebanyak-banyaknya. Mereka sungguh menikmati saat-saat indah bermain bola.

Jacksen sejak tujuh tahun sekolah di akademi Flamengo-dok pribadi

“Ini adalah salah-satu kemiripan yang dilakukan anak-anak Papua dan anak-anak Brazil ketika bermain bola,” ujar Jackson mengenang masa kecilnya di Rio de Jeneiro, ibukota Brazil. Apalagi, lanjut Jacksen, anak-anak di sana bermain bola dengan kecepatan, kelenturan tubuh dan keindahan seperti orang bermain karnaval atau seperti tarian samba. Sama halnya dengan anak-anak di Papua bermain bola dengan kelenturan tubuh, kecepatan kaki dan keindahan seperti orang menari Yosim Pancar atau Yospan.

Jacksen F Tiago dan istri saat di Rio de Jeneiro, Brasil-dok pribadi

Goyang karnaval butuh kelincahan kaki dan kelenturan tubuh, dribbling dan menipu lawan sembari seluruh badan bergoyang adalah kemiripan karnaval samba di sepakbola Brazil. Karnaval adalah budaya yang digemari masyarakat Brazil. Kelincahan kaki dan kelenturan tubuh seringkali digunakan anak-anak Brazil dalam bermain sepak bola. Jogo Bonito (sepakbola indah) identik dengan anak-anak di Brazil bermain bola dengan menggunakan sentuhan indah dan mengekspresikan sepak bola, di mana kalau gol-gol yang dicetak berawal dari satu dua sentuhan (one two touch) dan passing serta teknik yang indah dalam bermain tanpa benturan badan.

Jacksen juga sangat mengagumi keindahan alam dan panorama serta kebudayaan di Papua baginya tak jauh berbeda dengan tempat kelahiranya di Brazil.

“Pemain sepakbola dapat mengekspresikan kenikmatan bermain bola dengan tersenyum, maka disitulah kemampuan mereka pun ikut berkembang,” ujar Jacksen kepada JUBI di markas tim Persipura Jayapura, Hotel Relat Indah, Argapura-Jayapura, Senin (20/10).

Sejak usia 7 tahun Jacksen telah bermain bola di Ellemantari School di Rio de Jeneiro (Setingkat Sekolah Dasar). Jacksen terpilih memperkuat tim sekolahnya mengikuti Turnamen Antar Sekolah. Usia 11 tahun Jacksen bergabung dengan tim profesional Flamenggo Junior untuk memperkuat Brazil mengikuti Turnamen Amerika Cup Junior tahun 1982. “Saya diundang seorang pemandu bakat untuk bermain di klub Flamenggo. Saya mendapat suatu penghormatan di Flamenggo,” kenang Jacksen.

Tahun 1990 Jacksen menjadi pemain profesional dan berhasil meraih prestasi di tingkat regional di Rio de Jeneiro. Tahun 1992 Jacksen memperkuat klub Botafogo meraih gelar runner-up Liga Brazil. “Saya menjadi pemain cadangan dalam satu partai, tapi saya sangat bangga dapat memperkuat Botafogo, salah-satu klub paling popular di Brazil,” ungkap Jacksen dengan mata berbinar.

Jacksen menyadari jalan hidupnya penuh lika-liku, tapi dia tak pernah melupakan Sang Pencipta dan yang selalu keluar dari mulutnya hanya kata kata yang memuji Tuhan sebab sampai sekarang dia bisa bertahan karena berkat Tuhan untuk dia dan keluarganya. “Semuanya mengalir bagaikan air di sungai,” ungkap Jacksen seraya bersyukur kalau sampai sekarang ia masih bergelut dengan sepak bola.

Bagi anak-anak di Brazil bermain bola adalah sebuah kesenangan baik di rumah ataupun di sekolah. “Tidak gaul kalau anak-anak tidak menyepak bola,” kenang dia. Jacksen kecil pun menikmati masa-masa indah bersama teman-teman sebayanya di daerah asalnya. Dia bebas bermain bola di sekitar rumahnya. Apalagi di kampungnya di Brazil animo masyarakat terhadap sepakbola sangat tinggi. “Nama saya terkenal karena walaupun berusia muda, tapi mampu bersaing melalui skill, speed dan power dengan lawannya yang telah beranjak dewasa,” kata pelatih kelahiran, Rio de Jeneiro, Brazil, 28 Mei 1968, itu.

Satu hal yang tak bisa dilupakannya adalah sewaktu peristiwa kejuaraan Piala Dunia 1978 di Buenos Aries, Argentina. “Aku baru berusia 10 tahun dan aku masih ingat betul bagaimana masyarakat Brazil merayakan kemenangan tim “Samba” Brazil dengan mengecat jalan dan dinding rumah mereka dengan warna kuning biru. Warna bendera Brasil,” katanya.

Amaral

“Saat itu orang tuaku membelikan kostum untukku begitu juga temanku yang lain kostum sesuai pemain favoritnya. Teman-temanku menjuluki aku Amaral. Salah seorang pemain lini belakang Brazil yang juga hitam seperti saya,” katanya.

Bagi anak anak di Brazil adalah suatu impian untuk memperkuat klub Flamenggo dan bermain di Stadion Maracana. Stadion kebanggaan masyarakat Brazil. “Apabila Flamenggo bermain di Maracana saya dan teman-teman selalu menonton serta memakai kostum Flamengo,” ujarnya seraya menambahkan suatu saat dirinya akan bermain di situ bersama klub kebanggaannya.(*)

Jacksen F Tiago

Pemain Brasil rasakan juara bersama Persipura

Jayapura, GP- Pemain Brasil terlama di Persipura mungkin nama David Darocha gelandang kiri Persipura ini mulai bergabung sejak Liga Indonesia musim 2005-2006 bersama pelatih Rahmad Darmawan membawa Persipura juara.

David Darocha rasakan juara Bersama Persipura sejak 2005-2008-GP/ist

Pemain kelahiran 17 November 1980 itu biasanya beroperasi di lini tengah ini membela Persipura Jayapura selama empat musim yakin dari 2005 hingga 2009. Pertama kali datang langsung juara bersama Persipura di Liga Indonesia di tahun pertama dan tahun terakhirnya di Persipura.

Pemain Brasil lainnya kini sudah jadi WNA Alberto Goncalves da Costa akrab disapa Beto memperkuat Persipura pada 2009-2010 dan musim ISL 2011-2012. Ketajaman Beto terlihat bersama Ernest Jeremiah dan Boaz Solossa mereka menjadi trio tertajam milik Mutiara Hitam.

Beto dan David pemain Brasil juara di Persipua-GP/ist

Selanjutnya pada October 2012, pemain asal Brasil posisi bek tengah Otávio Dutra lahir 22 November 1983 di Fortaleza Brasil memperkuat Persipura satu musim bersama Bio Pauline, Ricardo dan Victor Igbonefa membawa Persipura juara ISL 2012-2013. Octavi Dutra menilai pemain depan Persipura sangat berbahaya Boaz merupakan pemain local paling bahaya shooting kaki kiri dan kanan bagus termasuk headingnya juga bagus.

Begitupula kata Dutra mengatakan Ian Kabes pemain serba bisa juga sangat berbahaya sekali terutama tendangan set piece nya. Ya benar pendapat Dutra karena biasanya Kabes dalam tendangan bebas langsung adalah metode tendangan disertai persiapan dalam permainan sepak bola yang disebabkan sebuah pelanggaran. Pada jarak yang memungkinkan untuk mencetak gol, sebuah tendangan langsung ke arah gawang

Dutra bek selalu melakukan tendangan bebas termasuk finalti-GP/ist

Tak perkuat Persipura di AFC

Sayangnya pemain Brasil ini tak pernah perkuat Persipura di laga AFC, hanya tercatat pemain asing dari Afrika Victor Igbonefo, Bio Pauline, Zah Rahan dan dari Korea Selatan Lim Jun Sik dan Kiper Joo Jae Yoon. Sedangkan pemain latino Amerika hanya Robertino Pugliara. Para pemain ini membawa Persipura meraih empat besar. Gagal masuk finak karena kalah melawan Arbyl FC.(*)

Jacksen F Tiago pelatih Brasil tersukses di Indonesia.GP/dam

Inilah skuad Mutiara Hitam musim 2020

Jayapura, GP-Usai pelatih Persipura Jacksen F Tiago liburan ke Brasil tim menejemen Persipura melalui Ketua Umum Persipura Benhur Tommy Mano segera umumkan nama nama baru skuad Mutiara Hitam musim 2020. Striker local tersubur Persipura terpental dari skuad utama, Ferinando Pahabol datang dari Kalteng Putra setelah degradasi ke Liga 2. Bahkan eks striker Arema dan Bali United Sylvano Comvalius juga masuk Persipura 2020.

Berlangasung di Restaurang B One jantung Kota Jayapura Ketua Umum Benhur Tommy Mano mengumumkan para pemain Mutiara Hitam, Selasa (21/1/2020). Empat pilar senior Persipura bertahan Ricardo, Ian dan Tipa serta ell capitano Boaz.

Ketua Umum Persipura Benhur Tommy Mano mengumumkan skuad Mutiara Hitam 2020-GP/ist

Dari 24 pemain, 17 di antaranya merupakan muka lama. Boaz Solossa, Ricardo Salampessy, Ian Kabes, dan Gunansar Mandowen serta Tipa di antara pemain lama yang kembali memperkuat Persipura musim ini. Sementara itu, tujuh pemain baru di antaranya adalah Arthur Cunha dan Comvalius. Nama Tibo dan Yohanes Tjoe hilang dari skuad utama Mutiara Hitam 2020.

Striker Comvalius tampil sip bersama Bali United pada Liga 1 2017 tekah mencetak 37 gol dalam satu musim. Torehan ini membawa Comvalius melewati rekor gol terbanyak yang pernah dicetak striker Bandung Raya Peri Sandria di Liga Indonesia musim 1994-1995.

Usai bermain di Bali United, di Liga 1 2019, Comvalius bermain untuk Arema FC. Bersama Singo Edan, pemain Belanda itu tampil dalam 27 pertandingan dan membuat lima gol.

Ini pemain-pemain yang sudah kami kontrak dan juga diperpanjang masa baktinya. Semuanya adalah pilihan dan rekomendasi dari pelatih Jacksen F. Tiago,” .

Jacksen F Tiago dan striker muda Gunansar Mandowen-GP/jubi.co.id

 
Ini 24 pemain Mutiara Hitam 2020 untuk Liga 1 :

Pemain lama:
Boaz Solossa, Ricardo Salampessy, Ian Kabes, Tinus Pae, Dede Sulaiman, Bernardus Valentino Telaubun, M Tahir, Marinus Wanewar, Fitrul Dwi Rustapa, Israel Wamiau, Mario Fabio Londok, Gunansar Mandowen, Kevin Rumakiek, Evraim Awes, Todd Rivaldo Ferre, Patrick Womsiwor, dan Theofilo Numberi.

Pemain baru:
Yohanis Ferinando Pahabol (Kalteng Putra), Gerry Mandagi (Mitra Kukar), Imanuel Rumbiak (Barito Putera), Takuya Matsunaga (Kalteng Putra), Thiago Amaral (Brasil), Arthur da Cunha (Arema FC), dan Sylvano Comvalius (Arema)

Tibo striker fenomental akhirnya terpental

Jayapura,Goal Papua- Bersama Jacksen F Tiago Liga1 musim 2019 nama Titus Bonay kembali bersinar dengan torehan 13 gol dalam 26 kali laga. Tibo berhasil menyelamatkan striker local Indonesia di tengah kepungan para penyerang asing di Liga 1 musim 2019.

“Saya sejak awal berharap agar Titus Bonay bisa berlanjut bersama tim Mutiara Hitam,”kata pecinta Persipura dr Adrian Engel Ansanay kepada Papua Goal, Selasa (21/1/2020) malam. Lebih lanjut adik kandung mendiang Lieveline Ansanay mantan Ketua DPRD Kota Jayapura itu menambahkan kemampuan striker Tibo tak diragukan lagi untuk musim 2020. “Saya tidak habis pikir tetapi itu mungkin strategi dari pelatih untuk kepentingan tim,”katanya.

Titus Bonay selalu salto di udara jika cetak gol-GP/tweeter

Mantan pelatih Persipura U18 Ferdinando Fairyo menilai Titus Bonay itu seorang tipe fighting striker jadi jangan kaget kalau di depan gawang pasti akan berani berduel satu lawan satu. “Tibo itu pemain yang berani berduel seorang diri di depan gawang,”kata Fairyo kepada Jubi beberapa waktu lalu.

Namun dengan kepergian Imanuel Wanggai ke Borneo FC membuka jalan bagi Tibo setelah kontraknya tak diperpanjang klub berjuluk Mutiara Hitam. Sebagaimana dikatakan Ketua Umum Persipura Benhur Tommy Mano selain nama-mana yang disebut jelas tak diperpanjang lagi kontrak mereka. Tercatat nama dua pemain asal Papua Yohanes Tjoe bek dan Titus Bonay striker produktif musim Liga1 tahun 2019.

Meski Tibo pencetak gol terbanyak bagi Persipura, nama striker muda Marinus Manewar dan Ferinando Pahabol masih menjadi pilihan coach Jacksen F Tiago sehingga Tibo harus mengurungkan niatnya berjersey Persipura.

Kabarnya Tibo mengikuti langkah Dai Manu menuju Borneo FC bergabung dengan Terence Puhiri dan kawan kawan. Menejemen Borneo FC menyambut kembali Tibo yang pernah membela klub Pusamania Borneo.(*)

Lodewijk Roembiak mantan gelandang Werner Bremen, Jerman

roembiak1werder-bremen_2603_8

Jayapura, GP-Pemain ini jarang mendapat perhatian dari warga Papua tetapi sejak usia dini telah menekuni sepak bola. Mulai dari tinggkat sekolah dasar di negeri Belanda di Kota Den Haag. Pria Papua kelahiran Leiden, 18 Mei 1969 pernah memperkuat timnas Belanda U15. Sayangnya tak sempat lanjut hingga timnas Belande, berbeda dengan pemain asal Maluku Simon Tahamata maupun Van Bronchos dan lain sebagainya.

Namun bagi orang Papua untuk bermain di Liga Belanda maupun Jerman belum begitu banyak. Tercatat pemain Papua yang pernah bermain di Liga Belanda era 1960-1970 an adalah Dominggus Waweyai. Pemain ini bersama Sucipto Suntoro merupakan tandem, sayangnya saat timnas Indonesia try out ke Belanda melawan Feynord 1965 Dominggus Waweyai meninggalkan timnas Indonesia.

lodie reombiak1111

Menurut mendiang Hengki Heipon rekan se angkatan Waweyai di Persipura mantan striker Persipura era 1960 an itu mengikuti mantan pelatih di sana. Sejak itu Wayai merupakan anak Papua pertama bersama Hanasebey bersaudara main di Liga Belanda.

Sedangkan Lodewijk Roembiak baru muncul era 1980 an hingga 1990 an di Liga Belanda pertama main di klub Belanda, Roembiak melakukan debut profesionalnya untuk FC Den Haag pada  1987.

Setelah hanya tiga kali tampil untuk klub, ia bergabung dengan Sparta Rotterdam. Di jendela transfer musim dingin musim 1990-1991, ia pindah ke SC Cambuur. Mengikuti mantra di FC Zwolle dan De Graafschap, ia menandatangani kontrak dengan klub Turki Antalyaspor yang ia tinggalkan untuk SC Veendam hanya bertahan enam bulan.

Werder Bremen

GERMANY SOCCER, BREMEN, GermanyPada musim panas 1998, Roembiak menandatangani kontrak untuk Werder Bremen dari FC Aarau dengan biaya transfer sebesar DM 500.000. Pada Agustus 1998, dia membantu Dieter Frey untuk satu-satunya gol dalam kemenangan 1-0 Werder Bremen atas Vojvodina Novi Sad di leg pertama final Piala UEFA Intertoto 1998.

CLeh7WJWIAAK968 (1)Pada April 1999, ia mengalami cedera pada tendon patella yang membuatnya absen hingga akhir musim. Setelah perubahan manajerial dari Wolfgang Sidka ke Felix Magath ke Thomas Schaaf, ia kehilangan posisinya di lineup awal dan dipinjamkan kembali ke Aarau untuk paruh kedua musim 1999-2000 di mana ia bermain dalam 11 pertandingan. Setelah mencetak tiga gol dalam 16 penampilan di Bundesliga, ia meninggalkan Werder pada musim panas 2000.

Selama mantera di Werder Bremen, ia menjadi pemain yang populer dan diberi julukan “Lody” dan “Kugel” (“bola”).Pada Januari 2001, Roembiak di luar kontrak bergabung dengan 2. klub Bundesliga SV Waldhof Mannheim untuk sisa musim ini.(*)

Ian Luis Kabes si pemain serba bisa di ujung karier

jubi dok kabesJayapura, GP-Bersama Boaz, Korinus Fingkreuw dan Christian Warabay, Ian Kabes ikut bermain dalam perebutan scudetto Liga Indonesia 2005-2006 melawan Persija Jakarta di Stadion Bung Karno Senayan Jakarta, Minggu (25/9/2005) Persipura juara Liga Djarum Indonesia 2005.

Adapun gol kemenangan tim berjuluk Mutiara Hitam saat itu,  masing-masing dilesakan oleh Boaz T Solossa, Ian Luis Kabes dan Korinus Fingkreuw. Kini tinggal ell capitano Boaz T Solossa dan Ian Kabes yang masih bertahan di Persipura, sedangkan Korinus Fingkreuw dan Christian Warabay pemain terbaik 2005 sudah gantung sepatu. Karier Fingkreuw dan Worabay telah selesai usai memperkuat Sriwijaya FC dan beberapa klub lainnya dalam Liga Indonesia.

Rekan sesama Ian Luis Kabes selama masih berlatih di Pusat Pendidikan dan Latihan (PPL)- Papua Tommy Menufandu mengakui selama masih tinggal di PPLP Papua pemain asal Kabupaten Raja Ampat ini sangat disiplin dan tetap berlatih.

Lebih lanjut kata teman seangkatannya, Ian Luis Kabes jarang keluyuran setiap liburan sekolah langsung pulang ke rumah orang tuanya. “Dia jarang keluyuran sembarangan,”kata Menufandu belum lama ini kepada Jubi.

Pemain kelahiran Jayapura 13 Nei 1986, tak berselang lama di PPLP Papua langsung masuk ke Diklat Ragunan hinnga menamatkan pendidikannya di SMA Ragunan Jakarta. Selama memperkuat PPL Ragunan, Ian Kabes selalu berposisi sebagai striker. Maklum pemain bernomor punggung 13 ini memiliki kemampuan menendang dengan kaki kiri maupun kanan sama sama bagus. Hal ini membuat Ian Kabes selalu mampu bermain di segala lini mulai dari bek kanan, kiri, gelandang maupun striker.

“Saya kira Ian Kabes termasuk pemain memiliki kemampuan lengkap dan serba bisa. Dia bisa bermain di segala lini,” tutur Ferdinando Fairyo, mantan kapten Persipura era 1990-an sebagaimana dilansir GOAL.com Indonesia.

Empat kali juara liga Indonesia

Bersama Boaz, wakil kapten Persipura ini telah merasakan juara Liga 2005-2006, juara sepanjang sejarah Indonesia Super League (ISL) 2008/2009- juara ISL 2010/2011 dan juara ISL 2013. Bahkan ikut pula bersama Persipura melakoni laga internasional di Champion Asia dan AFC hingga masuk babak semi final.

Ian Kabes bersama Boaz dan Imanuel Wanggai serta pemain asing Victor Igbonefo telah merasakan juara sebanyak empat kali, mereka memenangkan seluruh gelar yang didapat Persipura di pentas  ISL (2008/2009, 2010/11, dan 2013) dan Liga Indonesia (2005). Imanuel Wanggai saat itu masih dibangku cadangan sedangkan Ian Kabes masuk sebagai pemain cadangan. Kabes masuk menggantikan Boaz dan cetak gol kemenangan Persipura saat melawan Persija.

Kini Imanuel Wanggai sudah bersikap, keluar dan tahu diri karena merasa senior sehingga harus meninggalkan klub yang telah membesarkan nama Dai Manu. Sedangkan Boaz dan Ian masih menanti kontrak berlanjut atau berakhir sampai di sini. Meski fakta menunjukan Boaz, Ian dan Ricardo masih dibutuhkan Persipura musim 2020 sebelum gantung sepatu. Sekadar informasi nilai kontrak Ian Kabes menurut transfermarkt sampai 27 Desember 2019 berkisar 125 ribu Euro atau setara Rp 1,9 miliar saja sedangkan Ricardo Salampessy senilai 75 ribu Euro atau seharga Rp 1,1 miliar saja.

2011 jadi kapten Persipura

Pemain serba bisa ini terkecuali untuk menjadi kipper Ian Kabes belum pernah melakoninya. Dia pertama kali jadi kapten Persipura saat Boaz T Solossa dipanggil perkuat timnas Indonesia melawan Qatar dan Iran di Jakarta. Saat itu Persipura mengikuti turnamen Inter Island Cup (IIC) 2011 dan Ian Kabes sementara jadi ell capitano Mutiara Hitam.

Sebenarnya saat itu, pelatih Jacksen F. Tiago telah menyiapkan lima pemain, masing-masing Ian Kabes, Justinus Pae, Gerald Pangkali, Ortizans Solossa, Yoo Hae Hoon. Namun, ternyata coach JF. Tiago menetapkan Ian Kabes sebagai kapten pengganti Boaz. Alasannya, kriteria seorang kapten tim adalah senioritas, bisa menjadi panutan, memiliki wibawa, punya jiwa kepemimpinan.

Mungkin yang membuat semua penasaran, beberapa rekannya sudah mengakhiri masa lajangnya baik Boaz, Ricardo dan rekan seperjuangan selama di PPLPapua Tony Manufandu.

luis kabes

Sementara Ian Luis Kabes sendiri belum mengakhiri masa jomblonya, ke mana WAGs singkatan untuk wives and girlfriends (Indonesia: istri dan kekasih) adalah istilah untuk pacar dan istri dari pemain sepak bola.

Lalu di mana WAGs milik pemain bernomor punggung 13 ini? Apakah karena no 13 angka sial, rasanya tidak, memang belum waktunya untuk diumumkan. Namun dalam tayangan bola.com saat hari ulang tahun Ian Kabes ke 30 , 13 Mei 2016. Ia mendapat kejutan ulang tahun dari sang pacar bersama skuad Mutiara Hitam di ruang ganti.(*)

Todd Rivaldo Ferre, prioritas tawaran Liga Eropah

ferre

Jayapura, GP- Masih terbayang saat pertama kali pemain mungil Todd Rivaldo Ferre mengikuti test untuk lolos ke Pertamina Football School Jakarta. Saat itu Todd Ferre baru berusia 14 tahun.

Usai ujian kenaikan di tahun 2014 Stadion Barnabas Youwe Sentani, dipenuhi oleh puluhan pelajar SMP di Kota dan Kabupaten Jayapura. Mereka bersaing merebut tiket untuk terpilih sebagai pemain sepak bola di Pertamina Football School 2014.

Dari atas tribun Stadion Barnabas Youwe, Goal Papua duduk bersama pelatih SSB Imanuel Sentani, Agus Ferre. Pelatih Agus Ferre duduk serius memperhatikan bagaimana putra pertamanya Todd Rivaldo Ferre mendribell bola di bawah pengawasan pelatih asal Belanda keturunan Maluku, Alberth Penturi.

Sontak ketika nama Todd Rivaldo Ferre disebut sebagai salah satu pemain muda yang terpilih, ayah kandungnya Agus Ferre bersyukur. Saat itulah Jubi mengenal lebih dekat awal mula Todd Rivaldo Ferre bermain sepak bola. Kelebihannya mengolah si kulit bundar terasa sejak membela SSB Imanuel dalam turnamen Timo Kapisa Cup dan Danone 2012.

Selain menekuni sekolah sepak bola (SSB) Imanuel Sentani, Todd Rivaldo Ferre juga ikut pula bermain bersama tim senior Paradise FC klub dari Sentani. Bahkan bermain pula dalam tim senior Futsal Kenamba Umbay, Sentani.

Sekembali dari Pertamina Football Shool, Todd Ferre perkuat Persipura U19, meraih juara dan sekaligus terpilih sebagai pemain terbaik. Prestasi Todd Ferre terus meroket di Persipura senior dan sukses bersama timnas U19.

53314584_2331684693519929_2521771570897092608_n

Perjuangan panjang sejak usia tujuh tahun di SSB Imanuel Sentani, kini Todd Ferre secara perlahan dan pasti mulai menuai hasil. Usia ke 20 meraih prestasi pemain muda terbaik Liga 1 musim 2019 bersama tim Mutiara Hitam.

Mengutip goal.com Indonesia, bintang muda Persipura masih belum memutuskan klub yang akan dibelanya nanti. Todd mengaku sedang memprioritaskan untuk bermain di Eropa pada tahun 2020 ini.

Meski banyak tawaran dari beberapa klub Liga 1 serta tawaran bertahan di Persipura, Todd ingin meraih mimpinya untuk berkarier di luar negeri. Pemain muda terbaik 2019 versi APPI ini pun mengatakan jika ada klub asal Siprus yang mengundangnya untuk trial pada bulan Mei nanti.

“Ada tawaran dari Liga Siprus untuk trial. Nama klubnya Pafos FC. Saya sangat berharap bisa ke sana, tapi undangan untuk trial di sana masih bulan Mei nanti sehingga masih menunggu itu” ujar Todd, ketika ditemui di Jakarta.

“Kalau ada kesempatan berkarier di Eropa, sudah pasti saya ambil. Berkarier di Eropa jadi prioritas saya di musim berikut ini, dan pasti saya mengutamakan tawaran Pafos kalau berjodoh nanti,” ujar Todd menembahkan.

Bersama Persipura, Todd menunjukkan penampilan yang impresif pada musim 2019 lalu. Pemain terbaik Liga 1 U-19 2017 itu diturunkan sebanyak 29 kali dan mencetak enam gol bersama Mutiara Hitam.

Kegemilangan Todd selama 2019 berujung dua gelar individu, yakni pemain muda terbaik versi Liga 1, dan versi APPI. Dalam meraih kedua gelar tersebut, pemain bertinggi 158 cm itu menyisihkan kandidat kuat lainnya seperti Asnawi Mangkualam, Terens Puhiri, dan Syahrian Abimanyu.

Jika nantinya Todd berkarier di Siprus, ia akan menjadi pemain Indonesia kedua yang berkarier di kasta tertinggi liga Eropa. Saat ini, hanya ada Egy Maulana Vikri yang bermain untuk Lechia Gdansk di kasta tertinggi Liga Polandia, Ekstraklasa.(*)

Todd Rivaldo Ferre, the Next Zah Rahan

3184877852Jayapura, Jubi – Kehadiran pemain mungil Todd Rivaldo Albert Ferre memberikan angin segar dalam sepak bola di Tanah Papua. Apalagi posisi gelandang serang alias pengatur serangan sulit mencari pemain pengganti paska Eduard Ivakdalam gantung sepatu dan Zah Rahan Krangar hengkang dari Persipura. Praktis tumpuan harapan jatuh ke pemain muda Todd Rivaldo Albert Ferre.

Pasalnya, Nelson Alom sang pengatur serangan tim PON 2012 juga hijrah ke Persebaya. Sementara Yan Pieter Nasadit yang tadinya diharapkan menjadi otak lini tengah Persipura justru pindah ke Persija Jakarta. Praktis hanya Ian Kabes saja yang berperan sebagai pengatur lini tengah Persipura hingga masuknya Rivaldo Ferre.

Anak kandung Agus Ferre ini mengawali kariernya bersama Sekolah Sepak Bola (SSB) Imanuel Sentani, terus berlanjut ke Pertamina Football School Jakarta, saat berusia 14 tahun. Pemain kelahiran Sentani 15 Maret 1999 beberapa kali bermain di klub Paradise Sentani dan Futsal Kenambay Umbay Sentani.

“Pemain mungil ini memiliki stamina kuat dan punya kecepatan, semakin lama bermain semakin panas pula kecepatannya,” kata Wilhelmina Frazier, pembina SSB Imanuel Sentani, kepada Jubi di Jayapura, Senin (5/8/2019).

Dia dulu bermain pula di klub Paradise FC dan klub Futsal Kenamba Umbay saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

“Bermain dengan orang-orang dewasa atau pemain senior,” kata Frazier, mantan Manajer Paradise FC Sentani.

Pemain mungil dengan tinggi badan 1,68 meter ini digadang-gadang sebagai penerus Zah Rahan, pemain asal Liberia yang pernah memperkuat Persipura selama 2010-2013 dengan 120 kali penampilan dan berhasil mencetak 32 gol. Zah Rahan musim 2010-2013 masuk menggantikan posisi Eduard Ivakdalam sebagai playmaker Persipura.

Musim lalu bersama tim Mutiara Hitam, Todd Ferre belum banyak mendapatkan kesempatan bermain. Namun, dari 15 laga dalam 458 menit yang diberikan, Todd mampu mencetak tiga gol.

Pemain berusia 20 tahun itu dikenal sebagai gelandang pekerja keras. Selain memiliki kecepatan, Todd juga mampu diandalkan untuk mencetak gol.

Todd bisa menjadi alternatif pilihan mantan pelatih Persipura Luciano Leandro di lini depan Persipura. Kehadirannya tentu saja semakin akan mempertajam kualitas serangan Mutiara Hitam.

Waktu bermain Tod Ferre semakin bertambah sejak Persipura Jayapura diasuh Jacksen Tiago. Todd Rivaldo Ferre langsung mendapatkan kepercayaan penuh. Pemain berusia 20 tahun itu tercatat sudah bermain penuh dalam tiga pertandingan terakhir.

Hal ini tentu menjadi berkah tersendiri buat Todd. Sebab dalam laga-laga sebelumnya pemain yang sempat memperkuat Timnas Indonesia U-19 itu tak pernah bermain penuh termasuk saat melawan Persebaya Surabaya berakhir dengan kekalahan Persipura 1-0. Akankah Todd Ferre akan menyamai prestasi seniornya di Persipura, Zah Rahan, yang juga punya tinggi badan sekitar 1,65 meter. Tunggu saja racikan pelatih Jacksen F Tiago dengan mengorbitkan pemain muda Persipura, Todd Rivaldo Ferre, David Rumaikewi, Gunansar Mandowen, dan Rolando Wanma.

Sekadar catatan Todd Rivaldo Ferre usai memperkuat timnas U-19 nilai transfernya menurut Transfermarkt, harga Todd Rivaldo Ferre per tanggal 5 Juli 2018 berada di kisaran 65.000 poundsterling atau sekitar Rp1,2 miliar. Todd Rivaldo ternyata saat itu menjadi salah satu pemain termahal di Timnas Indonesia U-19. (*)

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑