Johanes Auri dan Timo Kapisa dalam lagu Persipura, 1976

Jayapura, PG-“Orang telah tahu, semua pun tahu, di lapangan hijau, kini telah muncul di ufuk timur, Mutiara Hitam. Timo Kapisa, Johanis Auri, dan kawan-kawannya.”

“Bermain gemilang, menerjang lawan, dan selalu menang. PersipuraMutiara HitamPersipura, selalu gemilang.” Lagu berjudul Persipura ini pertama kali dipopulerkan oleh Black Brother 1976 setelah Hengky Heipon dan kawan-kawan meraih juara Soeharto Cup, 19 April 1976 di Stadion Senayan Jakarta.

Lagu yang dinyanyikan dan ditulis oleh Hengky Mirantoni, gitarais Black Brother ini menjadi lagu kebangsaan Persipura Mutiara Hitam setiap Boaz dan kawan-kawan bermain di lapangan hijau dalam kompetisi Liga 1 Indonesia.

.Dari dua nama yang disebut Black Brothers, kini tinggal Johanis Auri. Sedangkan Timo Kapisa telah meninggal dunia beberapa waktu lalu di Biak, Papua

Saat ditemui Skor.id di kediamannya pada 11 Agustus 2020, ia tampak bugar walau jalannya sudah tertatih. 

Black Brothers itu keluarga kami,” kata Johaniss Auri. “Saat saya dan Timo Kapisa sedang di Ragunan, mereka mengabarkan akan buat lagu tentang Persipura,” ia menambahkan. 

Om Bob, begitu beliau biasa disapa, mengisahkan, saat Piala Presiden Soeharto 1976 kiprah The Black Pearl, julukan lain Persipura, jadi #KebanggaanIndonesia. 

Peserta Piala Presiden Soeharto 1976 adalah semifinalis Perserikatan 1973-1975, yakni Persija, Persebaya, PSMS Medan, dan Persipura, serta juara bertahan PSM Makassar. 

Pada laga pertama, Persipura takluk 1-2 dari Persija, ditahan 2-2 oleh Persebaya, talukkan PSM dengan skor 2-1, dan menang WO (walk out) 5-0 atas PSMS setelah imbang 1-1. 

Persipura menjadi runner-up babak grup di bawah Persija dan otomatis akan bertemu Macan Kemayoran, julukan Persija, pada pertandingan final, 19 April 1976. 

Karena kalah pada babak grup, Persipura tak diunggulkan. Apalagi, saat itu main di Stadion Utama Senayan (Gelora Bung Karno), Jakarta. Persija lebih difavoritkan. 

Tak dinyana, Persipura tampil menggila. Persija dilumat 4-3, lewat gol Nico Pattipene pada menit ke-11, Jacobus Mobilala (27), Pieter Attiamuna 31, dan Timo Kapisa (67). 

“Keberhasilan kami menjuarai Piala Presiden Soeharto 1976 inilah yang dijadikan Black Brothers sebagai inspirasi sekaligus doa untuk Persipura,” kata Johanis

Ditaklukkan Tirani 

Berkat gelar juara itu, ditambah gelar medali perak PON IX/1977, Indonesia dan PSSI sepakat untuk mengirim Persipura tampil dalam ajang internasional. 

Ada dua ajang yang diikuti klub #KebanggaanIndonesia ini, yakni King’s Cup 1977 di Thailand, dan turnamen perdamaian di Saigon (Ho Chi Minh City), Vietnam. 

Kisah di Vietnam Selatan (sebelum bersatu menjadi Vietnam) inilah yang sangat dikenang Johanis Auri. “Saya tak bisa melupakan pertandingan di Vietnam,” katanya. 

Pasalnya, Persipura tampil tanpa kompromi dan tidak bisa dibendung. Dalam dua laga awal, Hengki Heipon dan kawan-kawan menyapu bersih kemenangan. 

Pada laga pemungkas, tim asuhan HB Samsi ini sudah unggul 1-0 hingga menit ke-80. Kemenangan di depan mata itu akan membuat Persipura jadi juara.

Sayang, perintah darurat datang. Perintah ini tak bisa dibantah dan harus dijalankan semua pemain. Perintahnya, Persipura harus kalah dalam laga tersebut. 

Info yang diperoleh Johanis Auri, perintah datang langsung dari Presiden RI saat itu, Soeharto, kepada Acub Zainal, pembina Persipura, yang diteruskan ke pelatih. 

Pelatih lantas memerintahkan kepada pemain untuk “main gajah”. Dalam sepuluh menit terakhir pertandingan, akhirnya Persipura kalah 1-2. Dikalahkan tirani. 

“Itulah yang terjadi. Perintah yang tak bisa kami lawan,” ujar Johanis Auri. Saat ditegaskan bahwa itu adalah pengaturan skor, Johanis mengangkat tangan tanpa jawaban. 

Bukan Kidal 

Hal menarik lainnya, The Black Silent, julukan Johanis Auri, pada mulanya bukanlah bek kiri. Mulanya, Johanis adalah striker dan juga penyerang kanan dalam. 

Namun, saat masuk Persipura, ia dipaksa menjadi bek kiri. Demi memenuhi instruksi pelatih, berbagai cara dilakukan Johanis agar kaki kirinya bertenaga dan lincah.  

“Setiap latihan atau pertandingan internal, saya hanya pakai sepatu bola sebelah kiri. Sebelah kanannya saya pakai sepatu kats,” kata Johanis. 

Ibarat pepatah, hasil tak akan mengkhianati proses, Johanis mendapat berkah dari usaha tersebut. Dengan kaki kirinya itu ia membawa Persipura juara. 

Berkat posisi bek kiri yang tidak diduganya itu, ia lantas dipanggil timnas Indonesia dan menjadi salah satu bek kiri terbaik yang pernah dimiliki #KebanggaanIndonesia. 

“Setelah beradaptasi, bahkan kaki kiri saya lebih baik dari kaki kanan. Andalan saya adalah bola mati kaki kiri dan pernah mencetak gol lawan Korea Utara,” kata Johanis.  

Lelaki kelahiran Manokwari, 30 Oktober 1954, ini sangat berharap Persipura terus menjadi salah satu klibat sepak bola Indonesia dan berprestasi. (*)

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑