Jayapura, GP- Dua saudara sepupu Lisa dan Nitya terlahir dari keluarga olharagawan, ayah Liza Levi Rumbewas adalah binaragawan nasional sedangkan mama Lisa, Ida Korwa yang juga kaka kandung almarhum Stephanus Korwa dikenal sebagai atlet angkat besi.
Tak heran kalau darah atlet mengalir dalam putri kandung mereka Raema Lisa Rumbewas darah Papua yang lahir di Jayapura 10 September 1980. Prestasi-prestasi yang pernah diraih Lisa Rumbewas antara lain medali Perak di Olympiade Sydney 2000 kelas 48, meraih perak di Olympiade Athena 2004.Sedangkan di Wolrd Champion meraih medali perak dan Asian Games di Busan 2002 meraih medali perunggu. Selain itu ia juga mendapat medali serupa pada SEA Games XXI. Rumbewas tampil kembali di nomor 53 kg pada Olimpiade Beijing 2008, namun hanya menempati posisi keempat dengan total angkatan 206 kg.
Saudara sepupu Lisa Rumbewas, yang juga putri om kandungnya Sthepanus Korwa yaitu Nitya Krishinda Korwa yang akrab disapa Titin juga seorang atlet pebulutangkis nasional.
Nitya yang juga akrab disapa Titin itu lahir dari keluarga olahragawan. Sang ayah, Panus Korwa merupakan striker Arema Malang era 1990-an. Sebagai pemain bola, sang ayah sempat membujuk Nitya menjadi pesepakbola wanita. Namun Nitya kecil telanjur jatuh cinta terhadap bulutangkis.
“Awalnya ada kakak sepupu saya ikut les bulutangkis, kemudian saya ikut. Tapi sepupu saya berhenti duluan waktu duduk di bangku SMP, justru kok saya lama-lama jadi suka sama olahraga ini,” kenang Nitya.
“Sempat ada pertentangan dari papa karena ia mau saya nerusin jadi pemain bola, selain itu mama juga ingin saya sekolah. Mama berpikir olahraga tak ada masa depannya. Tapi saya milih bulutangkis. Akhirnya banyak dukungan dari kakek, nenek, dan tante. Saya kemudian boleh nerusin bulutangkis dengan satu syarat. Kalau ini memang pilihan saya, harus nunjukkin (memberi bukti) ke mereka,” lanjutnya.
Tak cuma sang ayah yang berlatar belakang atlet. Sepupu Nitya, Lisa Rumbewas, adalah lifter nasional pemenang medali perak di Olimpiade. Sedangkan pamannya Levi Rumbewas (ayah Lisa) adalah seorang binaragawan nasional. Uniknya, Nitya awalnya tak mengetahui dirinya punya hubungan keluarga dengan lifter nasional yang sukses meraih medali perak di Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Athena 2004 tersebut. Maklum, keduanya memang belum pernah bertemu.
“Awalnya ada kakak sepupu saya ikut les bulutangkis, kemudian saya ikut. Tapi sepupu saya berhenti duluan waktu duduk di bangku SMP, justru kok saya lama-lama jadi suka sama olahraga ini,” kenang Nitya.
“Sempat ada pertentangan dari papa karena ia mau saya nerusin jadi pemain bola, selain itu mama juga ingin saya sekolah. Mama berpikir olahraga tak ada masa depannya. Tapi saya milih bulutangkis. Akhirnya banyak dukungan dari kakek, nenek, dan tante. Saya kemudian boleh nerusin bulutangkis dengan satu syarat. Kalau ini memang pilihan saya, harus nunjukkin (memberi bukti) ke mereka,” lanjutnya.
Tak cuma sang ayah yang berlatar belakang atlet. Sepupu Nitya, Lisa Rumbewas, adalah lifter nasional pemenang medali perak di Olimpiade. Sedangkan pamannya Levi Rumbewas (ayah Lisa) adalah seorang binaragawan nasional. Uniknya, Nitya awalnya tak mengetahui dirinya punya hubungan keluarga dengan lifter nasional yang sukses meraih medali perak di Olimpiade Sydney 2000 dan Olimpiade Athena 2004 tersebut. Maklum, keduanya memang belum pernah bertemu.
“Waktu itu pas SEA Games di Laos ada salah satu fisioterapi tanya ‘Loh Tin kamu kan sepupu Lisa ya? Lalu saya bilang ‘masa sih?’ terus dia bilang ‘Gimana masa saudara sendiri tidak tahu,'” tiru Nitya.
“Lalu saya tanya ke mama dan papa. Dan ternyata benar. Baru pas SEA Games di Jakarta pada 2011 itu bisa ketemu Lisa. Itu juga tak ketemu mamanya, cuma teleponan, juga dengan papanya,” lanjutnya.
Bulutangkis Mengubah Hidup
Nitya tak main-main memilih bulutangkis sebagai jalan hidupnya. Pengidola Susi Susanti tersebut serius berlatih supaya bisa berprestasi. Hasilnya tak sia-sia. Gelar demi gelar mulai masuk genggaman. Semua itu menjadi bukti pilihannya menekuni bulutangkis memang tak keliru.
“Bulutangkis, bagi saya ini adalah pilihan dan hidup. Bulutangkis bisa mengubah hidup saya. Awalnya banyak yang menganggap saya tak bisa berprestasi di bulutangkis. Setelah saya menjalani, bulutangkis mengubah segalanya. Dengan hasil yang saya berikan selama ini, pandangan keluarga tentang bulutangkis juga berubah,” ucap atlet yang lahir di Blitar 16 Desember 1988.
Meskipun awalnya sempat menentang keinginan sang putri, keluarga Nitya pada dasarnya memang sangat menggandrungi bulutangkis. Kala Nitya masih kecil, keluarga besarnya selalu heboh setiap ada pertandingan bulutangkis di televisi. Penampilan bintang-bintang Indonesia seperti Susi Susanti, Rexy Mainaky/Ricky Subagja, pantang dilewatkan, di kejuaraan apa pun.
Saat mereka menang, nenek Nitya langsung membuat selametan atau syukuran ala Jawa. Padahal nenek Lisa sama sekali tak kenal secara pibadi dengan atlet-atlet itu. Menurut Nitya, syukuran tersebut sebagai wujud kebanggaan karena atlet Indonesia bisa juara.
Kebiasaan tersebut diteruskan hingga Nitya terjun menekuni bulutangkis dan akhirnya berhasil menjadi atlet nasional. Setiap kali Nitya juara, sang nenek juga selalu menggelar syukuran. Bedanya, kali ini syukuran tersebut untuk cucu kesayangannya, bukan orang lain. Mungkin neneknya tak akan pernah menggelar syukuran untuk sang cucu jika dulu Nitya tak ngotot mengejar mimpinya sebagai bulutangkis. Bisa jadi Nitya terus melanjutkan sekolah, belajar rajin, kemudian merintis karier sebagai pegawai kantoran.
“Kalau tidak jadi atlet bulutangkis? Mungkin kerja kantoran kali ya hahaha. Karena kalau tidak di bulutangkis, mungkin saya akan sekolah, kuliah lalu kerja,” ungkapnya. Ganda Putri berpasangan dengan Greysia Polii. Ia berasal dari PB Jaya Raya yang kini merupakan pemain Pelatnas Cipayung. Nitya merupakan peraih medali emas SEA Games 2011 di Jakarta dengan Anneke Feinya Agustin serta medali emas Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan bersama Greysia Polii. Bersama Greysia Polii pula Nitya meraih medali perunggu Kejuaraan Dunia 2015 di Jakarta..(*)