Lodewijk Roembiak, pesepakbola Papua di Liga Eropa

Jayapura, Jubi – Berbeda dengan pesepak bola Indonesia asal Maluku di Negeri Belanda yang banyak sukses meraih di Liga Eropa maupun timnas Belanda, pesepakbola asal Papua di Liga Eropa masih sangat sedikit, bahkan mungkin baru ada satu pemain asal Papua yang sukses berkiprah di Liga Belanda, Jerman, Swiss, dan Turki.

Mengutip https://www.dutchplayers.nl menyebutkan ada nama pesepakbola asal Papua, Lodewijk Roembiak, pernah berkiprah di Liga Belanda maupun di Liga Jerman dan Liga Turki. Pemain kelahiran Leiden Belanda, 18 Mei 1969, mengawali kariernya saat berkompetisi tingkat sekolah dasar di Leiden Negeri Belanda.

Pemain yang selalu berposisi gelandang bertahan itu sempat terpilih dalam skuad muda timnas Belanda pada usia 15 tahun. Meski dalam timnas yunior maupun senior tersisih karena pemain gelandang dari klub lainnya di Belanda.

Tersisih dari timnas senior dan yunior tak membuat karier Lodewijk di klub profesional meredup tapi malah melejit jauh berkembang. Terutama saat bermain di Werder Bremen di Liga Jerman pada musim panas 1998, setelah Roembiak menandatangani kontrak untuk Werder Bremen dari FC Aarau. Menurut https://peoplepill.com nilai transfer Lodewijk dari FC Aarau ke Werder Bremen sebesar DM 500.000 sedangkan sumber lainnya https://www.transfermarkt.com menyebutkan nilai kontraknya sebesar 450.000 Poundsterling pada musim 1998/1999 sejak 1 Juli 1998.

Klub Werder Bremen meraih runner-up di Bundesliga 1994-95 dan pada Mei 1999 Werder Bremen memenangkan DFB Pokal beberapa minggu kemudian dengan mengalahkan Bayern Muenchen melalui adu penalti.

Pada Agustus 1998, dia membantu bek tengah Dieter Frey dan kawan-kawan untuk satu-satunya gol dalam kemenangan Werder Bremen atas Vojvodina Novi Sad di leg pertama final Piala UEFA Interfoto 1998.

Pelatih Wolfgang Sidka semakin mendorong Roembiak ke sayap kanan, membuatnya bermain sesuai kekuatan dan kemampuan terbaiknya. Meskipun memiliki kelebihan berat badan dan kekurangan di bidang ketahanan, Roembiak adalah pemain sayap yang luar biasa.

Dalam pertandingan keduanya untuk Werder, ia mencetak satu gol dan menyiapkan satu lagi, menyelesaikan paruh pertama musim ini dengan tiga gol dan tiga assist.

Pada April 1999 Lodewijk mengalami cedera pada tendon patella yang membuatnya absen hingga akhir musim. Setelah perubahan manajerial dari Wolsfgang Sidka ke Felix Magath dan Thomas Schaaf, ia kehilangan posisinya di line-up awal.

Hal ini membuatnya kembali dipinjamkan ke Aarau FC untuk paruh kedua musim 1990-2000, di mana ia meninggalkan Werder Bremen pada musim panas 2000. Selama berkarier di Werder Bremen, ia menjadi pemain yang popular dengan julukan “Lody” dan “Kugel” (bola).

Menurut wikipedia.org,  FC Aarau merupakan sebuah tim sepakbola Swiss yang bermain di Swiss Super League. Didirikan pada tahun 1902. Klub ini meraih gelar 3 Liga Super Swiss. Klub ini memainkan pertandingan kandangnya di Stadion Brügglifeld yang berkapasitas 9.249 penonton.

Klub-klub lainnya yang pernah dibela Lodewijk Roembiak antara lain Waldhof Mannheim (German), Aarau (Swiss), SV Werder Bremen, Veendam, Antakyaspor (Turky), Graafschal, Zwolle, Cambuur, Sparta, dan FC Den Haag di Liga Belanda. Pemain kelahiran Leiden Negeri Belanda mengakhiri karier profesionalnya dengan bermain di klub amatir dan juga pelatih di klub LVV Friesland, Belanda. Pemain yang kini berusia 51 tahun ini sekarang menjadi pelatih tim kedua VV Burgum di Negeri Belanda. (*)

Editor: Dewi Wulandari

Hengky Rumere, “libero” tangguh Persipura yang kagumi Paolo Maldini

Jayapura, Jubi – Mendiang Hengky Rumere adalah salah satu legenda Persipura, dikenal berkat kepiawaiannya menjaga jantung pertahan Mutiara Hitam. Kapten tim Persipura pada era 1968-1978, mendiang Hengki Heipon pernah menyebut Hengky Rumere sebagai sosok yang selalu memberinya rasa aman saat bermain.

Heipon pun menyebut Hengky Rumere adalah wakil kapten Mutiara Hitam, jenderal lini belakang Persipura. Hengky Rumere pemain yang cepat dan jago melakukan tekel bersih. Sebagai libero, ia juga piawai dalam membangun serangan dan melakukan penetrasi ke kubu lawan.

Salah satu pemain belakang andalan Persipura pada era 1999 – 2010, Jack Komboi, adalah kemenakan dan anak didik yang mewarisi kecakapan Hengky Rumere. Nama-nama besar seperti Aples Tecuari dan Chris Leo Yaarangga juga tak lepas dari tempaan Hengky Rumere.

Libero Persipura itu selalu bermain halus dan tidak perlu bermain kasar atau beringas. Ia selalu mampu membendung serangan lawan dengan tidak melakukan pelanggaran fatal. Apalagi tekel tekel bersih yang keluar dari kedua kaki Hengky Rumere selalu mulus dan tidak merugikan pemain lawan.

Kepada Jubi, Hengky Rumere menceritakan bagaimana pelatih Persipura HB Samsi menempanya menjadi bek tangguh. Hamsi pula yang mengajarinya melakukan sentuhan tubuh dan tekel bersih dalam bertahan.

Itulah kenapa Hengky Rumere sangat mengagumi “permainan bersih” defender klub AC Milan, Paolo Maldini. Kekaguman itulah yang membuat Hengky memberikan nama Paolo Rumere kepada anaknya. Paolo Rumere juga piawai bermain bola, dan pernah berkarier di Perseman Manokwari pada 2004. Pada musim 2007-2008, ia mengikuti jejak ayahnya yang bermain di Persipura. Selama di Persipura, Paulo bermain sebanyak 29 kali, dan mencetak dua gol bagi timnya.

Membuka PPLP Papua

Karir Hengky Rumere di Persipura sempat terhenti saat ia harus melanjutkan kuliah di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Yogyakarta selama hampir lima tahun. Selama berkuliah di sana, Hengky Rumere sempat membela PSIM Yogyakarta.

Akan tetapi, Hengky Rumere tak cuma piawai mengawal jantung pertahanan Persipura atau PSIM. Kecakapan Hengky melatih pemain muda diakui gurunya sendiri, HB Samsi. HB Samsi pula yang bersama-sama Hengky membuka dan mengembangkan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) sepakbola di Papua pada 1988-1994.

Kelebihan Hengky Rumere adalah jeli melihat dan menilai pemain muda berbakat yang bisa ditempa menjadi pesepakbola berkarakter. PPLP Papua generasi Aples Tecuari, Ferdinando Fairyo, David Saidui, Chris Leo Yaarangga, Ritham Madubun, Yohanes Bonay adalah hasil tempaan Hengky Rumere dan HB Samsi.

Hengky Rumere pelatih yang tahu bagaimana membangun kepercayaan anak didiknya. Ia pernah bercerita kepada Jubi, mengisahkan bagaimana Christian Leo Yarangga yang selama tinggal di asrama selalu ingin pulang ke Biak. Hengky lah yang meyakinkan Christ Leo Yarangga untuk tetap bertahan dan menekuni sepak bola.

Paolo Rumere(24) dan Jack Komboy(14) bersama pelatih M Raja Isa

Hengky dan HB Samsi juga jeli membaca kelemahan masing-masing anak didik mereka, dan membuat program latihan khusus bagi setiap pemainnya. Chris Yarangga misalnya, selama bermain hanya mengandalkan kaki kanan untuk menendang bola.

Hengky dan Samsi memaksa Chris Yarangga beralih menendang dengan kaki kiri, setiap hari, hingga tendangan kaki kirinya sebaik sepakan kaki kanan. Hengky dan Samsi juga pernah membuat program latihan heading untuk Izaac Fatari.

Nama-ama pemain seperti Ritham Madubun, Ferdinando Fairyo, Ronny Wabia, Yacob Rimayom, Christ Leo Yaranga, David Saidui, Ramses Rumbekwan dan penjaga gawang Yohanes Bonay adalah nama pemain yang pernah mencicipi kepelatihan Hengky Rumere. Begitu pula dengan Carolino Ivakdalam, Abdul Haji Mayor dan libero timnas Aples Tecuari. Hampir sebagian besar pemain PPLP Irian Jaya selalu menjadi pilihan tim PON ataupun regenerasi di tubuh Persipura.

“Bersama bapak HB Samsi, Hengky Rumere yang akrab panggil ‘Heru’ membesarkan kami di diklat PPLP Irian Jaya tahun 1986. Saya, Carolino Ivakdalam, Chris Yarangga, Ritham Madubun (alm), Ramses Rumbekwan, Theo Awom, David Saidui dan Yohanes Bonay, adalah cikal bakal juara PON XII/1993 dan sekaligus membawa kembali tim Persipura dari Divisi I ke Divisi Utama sampai hari ini,” kata Ferinando Fairyo kepada Jubi.

Tak heran, Komda PSSI Papua selalu memberikan tugas kepada Hengky Rumere sebagai salah seorang pencari bakat bagi pemain muda. Belakangan Ferdinando Fairyo mewarisi kejelian Hengky Rumere sebagai pencari bakat. Fairyo termasuk salah satu pelatih yang juga ikut melatih tim PON Papaua 2004, yaitu Boaz T Solossa dan kawan-kawan.

Jubi pernah meliput bagaimana Hengky Rumere dan Ferdinando Fairyo menyigi bakat 600 pemain sepak bola muda Papua untuk diberangkatkan ke Uruguay pada 2010. Pelatih asal Uruguay, Caesar Pajlovic kepada Jubi mengatakan sebenarnya banyak pemain berbakat Papua bisa terpilih, namun kuota tim yang diberangkatkan ke Uruguay sangat terbatas, hanya 11 orang. Yanto Basna salah satu pemain yang lolos ke Uruguay, yang setahun kemudian disusul Terens Puhiri.

Sang legenda itu, Hengky Rumere si libero Persipura, berpulang pada Minggu, 19 Februari 2017, setelah terbakar dalam rumahnya. Sang libero “tekel bersih” itu telah ikut mewariskan “peta jalan” dan “cetak biru” pembinaan para pemain sepak bola berbakat di Papua.(*)

Editor: Aryo Wisanggeni G

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑