Persipura dalam buku dan lagu: sebuah dokumen sejarah perjalanan tim Mutiara Hitam

Jayapura, GP-Timo Kapisa, Johanes Auri dan kawan kawannya bermain gemilang menerjang lawan dan selalu menang. Persipura Mutiara Hitam………. Persipura Mutiara Hitam. Itulah syair dan lagu dari tim berjuluk Mutiara Hitam ketika Hengky Heipon dan kawan kawan mengandaskan tim Macan Kemayoran dalam babak final Piala Seoharto Cup pada  1976.

Grup Black Brother Mutiara Hitam
Buku karya Frits Ramandey dan kawan kawan AJI Kota Jayapura

Buku berjudul “Persipura Mutiara Hitam” sepak bola dari Negeri Cenderawasih, karya Frits Ramandey dan kawan kawan menyebutkan Piala Soeharto III/1976 Persipura juara. “Waktu itu Senin, 19 April 1976 di Senayan Jakarta Persipura mengalahkan Persija dengan skor 4-3. Adapun gol yang dilesakan masing-masing oleh Nico Patipeme kanan luar Persipura (menit ke 11), Jacobus Mobilala striker muda Persipura (menit ke 27), Pieter Aitamuna kiri luar Persipura (31) dan gol terakhir striker utama Persipura Timo Kapisa (menit ke 67) sedangkan gol balasan Persija masing-masing dicetak oleh kapten timnas Indonesia Iswadi Idris (41 dan 90) dan striker timnas Risdiyanto (menit ke 36).

Nico Ramandey mantan gelandang bertahan duet Rully Nere di Persipura Junior menuturkan saat itu ribuan warga Papua hanya mendengar siaran langsung melalu Radio Republik Indonesia (RRI) dengan suara yang agak terganggu maklum melalui gelombang Short Wave atau SW1 dan SW2 kala itu. “Namun warga tetap puas mengikuti kehebatan Persipura melalui siaran langsung dari RRI Jakarta,”katanya mengenang kehebatan Timo Kapisa dan Yohanes Auri.

Prestasi meraih juara Soeharto Cup, tim berjuluk Mutiara Hitam diarak keliling kota Jayapura dan menerima hadiah sebuah motor Honda CB 100 dan rumah bagi para pemain di Tanjung Ria Base G Kota Jayapura dari pemerintah Provinsi Irian Jaya kala itu.

Group Band Black Brothers pun tak mau ketinggalan memberi judul lagu Persipura Mutiara Hitam sesuai julukan tim Papua asal Kota Jayapura itu. Yohanes Auri menuturkan saat itu manager Black Brother Andy Ayamiseba mengontaknya bahwa Group Black Brother akan membuatkan lagu dan syair yang akan memakan nama Yohanes Auri dan Timo Kapisa.

Lagu Black Brothers yang dinyanyikan dan ditulis oleh Hengky Mirantoni gitaris Black Brothers ini menjadi lagu kebangsaan Persipura Mutiara Hitam setiap kali Boaz dan kawan kawan turun di medan laga dalam kompetisi liga di Indonesia. Dari nama para pemain Persipura hanya Timo Kapisa dan Yohanes Auri yang disebut.

Skor.id pernah mewawancari legenda Persipura dan Perseman Manokwari itu Yohanes Auri di kediamannya di Jakarta pada 11 Agustus 2020. “Black Brothers itu keluarga kami,”kata Auri. “Saat saya dan Timo Kapisa sedang di Ragunan, mereka mengabarkan akan membuatkan lagu buat Persipura,”kata Auri menambahkan. Lagu itu berkisah tentang Yohanes Auri, Timo Kapisa dan kawan kawan juara Piala Soeharto Cup 1976 di Jakarta.

Ketika Persipura meraih juara Liga Indonesia 2005-2006 dibawah asuhan pelatih M Rahmad Darmawan, Eduard Ivakdalam dan kawan kawan meraih juara dan mengalhakan Persija di Stadion Utama Senayan Jakarta dengan skor 3-2.

Frits Ramandey dan kawan kawan dalam buku Persipura Mutiara Hitam menulis pada Minggu 25 September 2005, penantian selama 25 tahun (1976-2005)  terbayar sudah tatkala Eduard Ivakdalam dan kawan kawan mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 3-2. Boaz mencetak gol menit ke17, selanjutnya Korinus Fingkreuw menit ke 83 dan terakhir Ian Luis Kabes menit ke 111. Sedangkan gol balasan Persija dilesakan masing masing oleh Agus Indra menit ke 9 dan Franscis Mawengkan pada menit ke 54. Dalam laga final Boaz T Solossa berhadapan langsung dengan abang kandungnya Ortisan Solossa yang saat itu memperkuat tim berjuluk Macan Kemayoran.

Kemenangan ini sambut pula dengan terciptanya sebuah lagu tentang Persipura yang ditulis oleh Pdt Rainer Schunenmann berjudul “Indahnya Persipura.” Pdt Rainer menulis syairnya antara lain, “Dua puluh lima tahun kita menanti. Sampai Mutiara Hitam bersinar lagi. Persipura kau sungguh bahagiakan hati syukur Tuhan buat kemenangan ini.

Pace mace tumpah di jalan. Semua bersuka dan goyang yospan tara lain yang akum au.

Indahnya hari ini Persipura ku menang lagi. Indahnya hari ini. Persipura ku menang lagi. Melihat kau telah menang.

Frits Ramandey mantan Ketua Aliansi Journalistik Independen (AJI) Kota Jayapura mengatakan penulisan berjudul Persipura Mutiara karena saat itu terjadi krisis di mana mantan pelatih Persipura M Raja Isa ditendang di lapangan hingga akhirnya kontraknya diputus.“Sebagai journalis kami ingin memberikan semacam semangat agar pemain Persipura tetap fokus dalam prestasi sehingga mencoba menerbitkan buku berjudul Persipura Mutiara Hitam Sepakbola dari Negeri Cenderawasih.”katanya.

Buku setebal 186 halaman ini terbit pada Agustus 2008 di mana pelatih Brasil Jacksen F Tiago mulai melatih Eduard Ivakdalam dan kawan kawan untuk mengarungi Liga Super Indonesia hingga meraih tiga kali juara bersama altenatore asal negeri Brasil itu.”Saya kira ini buku pertama tentang Persipura meskipun saya akui masih terdapat kekurangan di sana sini,”katanya.

Tak heran kalau kapten Persipura kala itu Eduard Ivakdalam kepada wartawan Pasific Post Rabu 8 Oktober 2009 mengatakan” Ke depan bukan saja kami tetapi adik adik kami juga namanya bisa masuk dalam buku Persipura,”katanya kala itu.

Buku kedua Persipura karya MR Kambu berjudul “Jejak Persipura go International “ memasukan pula nama nama pemain Persipura dan pelatih sejak 1997/1998 sampai era 2010/2011. Mantan Ketua Umum Persipura MR Kambu berani mencanangkan Persipura menuju go International melalui masuk ke Liga Champion dan AFC Cup Asia.

Selain itu journalis olahraga senior Papua dari tabloidjubi.com Dominggus Arnol Mampioper  yang pernah menjadi koresponden goal.com Indonesia selama enam tahun dan contributor tabloid olahraga milik Kompas Gramedi Group, tabloid Soccer menulis dan menerbitkan buku berjudul Persipura, Yosim Samba sepakbola dari Timur. Alasan penerbitkan buku ini karena pelatih Jacksen F Tiago menyebutkan ada kemiripan antara sepakbola di Brasil karena ada pesta karnaval di Rio de Jeneiro dan tarian pergaulan khas Papua Yosim Pancar. Hingga tak heran kalau kombinasi dua tarian antar Samba Brasil berhasil digabungkan Jakcsen F Tiago dalam Yosim Pancar Papua di dalam klub berjuluk Mutiara Hitam, Yosim Samba dari Timur Indonesia.(*)

Solossa bersaudara dalam sepakbola Papua dan Indonesia

Jayapura, GP-Mungkin nama Boaz T Solossa yang paling bersinar di antara Solossa Brother sebut saja almarhum Joice Harold Solossa mantan kapten tim sepak bola PON Irian Jaya ke XIV Jakarta 1996, Ortizan Solossa dan Nehemia Solossa.

Boaz dikawal Nick But (12) mantan gelandang Manchester United saat membela South China melawan Persipura di stadion Mandala.

Hanya Boaz T Solossa yang sampai sekarang masih bersinar ketimbang saudaranya lainnya, Ortisan dan Nehemi sudah gantung sepatu setelah terakhir memperkuat Persiram Raja Ampat. Ortisan dan Boaz sama-sama pernah bermain bareng di Persipura hingga kini tinggal Boaz yang masih memegang ban kapten.

Sudah 14 tahun, Boaz Solossa berkarier di sepak bola Indonesia. Pemain Persipura berusia 34 tahun jadi sosok disegani. Ia disebut penyerang terbaik yang dimiliki Timnas Indonesia setelah era Bambang Pamungkas.

Boaz dan abang kandungnya mendiang Joice Harold Solossa mantan kapten PON Irian Jaya 1996 Jakarta.

Ayah kandungnya Christopher Solossa juga merupakan pesepak bola amatir di Kabupaten Sorong. Bahkan ayahnya meninggal saat bermain bola di lapangan sepak bola di Kota Sorong, saat itu ayahnya menjabat Camat Sorong Barat.

Darah sepak bolanya putra putra Solossa termasuk Boaz lahir dari mendiang bapaknya, Boaz Boehrit Solossa. Ia fans berat klub Persipura Jayapura di era 1990-an.Begitupula dengan pamanya almarhum Jaap Solossa mantan Gubernur Papua pernah menjadi penjaga gawang tim amatir Persis Sorong di era 1970 an.

Abang kandung Boaz, tampil bersama tim PON Irian Jaya pada PON ke XIV di Jakarta dalam partai final melawan tim PON Jawa Timur, tim Irian Jaya kalah 2-1. Bersama adik kandungnya Ortisan Solossa, Viktor Pulanda mereka membela tim PON Irian Jaya. (Alm) Joice Harold Solossa sendiri kapten tim sepakbola Irian Jaya dalam PON ke XIV di Jakarta.

Namun, karier Joice terhenti gara-gara kasus pemukulan pelatih Jawa Timur, J.A.Hattu di laga final PON. “Joice kena larangan bermain selama dua tahun. Akhirnya dia pilih gantung sepatu untuk kemudian fokus kuliah di Universitas Cendrawasih,”

Ortisan dan Boaz dalam jersey timnas Indonesia

Ayahnya Christopher Solossa tak sehebar Boaz, tetapi fokus belajar dan mendirikan sekolah sepak bola (SSB) Putra Yohan era 1985. Klub Putra Yohan sangat terkenal karena bermaterikan anak anak yang tinggal di belakang Super Market Yohan di Kota Sorong.

Boaz dan ayah kandungnya sama sama berposisi sebagai striker, bahkan ayahnya sempat bermain di klub Garuda Kota Sorong. Sejak awal Boaz yang baru lahir 1986 di Sorong akhirnya. menekuni sepak bola sama seperti saudara-saudaranya Joice, Ortizan dan Nehemia.

Ibu kandung Boaz T Solossa  Merry Sarobi juga pernah bermain sepak bola di Galanita, tetapi Merry sangat terkenal sebagai seorang pemain basket. Ketimbang sepak bola, tak heran kalau Boaz juga sangat gemar bermain basket, selain sepak bola tentunya.

“Saya dan dua putri saya sempat jadi pemain. Kami memang dibesarkan dalam keluarga yang cinta sepak bola,” cerita Merry sebagaimana dilansir https://www.bola.com/indonesia Pasangan Christopher-Merry punya enam anak, di mana empat di antaranya laki-laki.

Christopher tiap hari mengasah bakat anak-anaknya. Putra keduanya Ortizan Solossa hasil didikannya kemudian sukses menapaki karier sebagai pesepak bola profesional. Ortizan yang berposisi sebagai bek sayap sejak usai belia sudah merantau ke Makassar. Ia tercatat pemain PSM Makassar. Dalam final Divisi Utama di Jakarta, Ortisan dan Boaz berduel di Stadion Bung Karno Senayan. Boaz pertama kali berkostum merah hitam Persipura melawan Ortisan saat membela timMacan Kemayoran, Persija Jakarta. Itulah saat pertama kali Boaz mencetak gol, Ian Kabes dan Korinus Fingkreuw membawa Persipura juara Liga Indonesia musim 2005-2006.Persija kalah 3-2 melawan Peripura di bawah asuhan pelatih M Rahmad Darmawan.

Christopher terkena serangan jantung saat ikut serta dalam laga ekshibisi bertajuk Jago Kapok. Ia turun membela melawan tim pejabat daerah Sorong meladeni pasukan PWI Sorong pada 6 Februari 2000.

“Abang Orti saat itu sedang ada di Makassar bermain di PSM. Saya yang saat itu mengendong papa menuju rumah sakit. Sedih rasanya saat melihat langsung kejadian,” kenang Boaz.

Sejak kepergian ayah kandung, akhirnya memacu semangat Boaz Solossa untuk menekuni sepak bola. “Saya ingin jadi pemain yang sukses agar papa di surga bangga,” ujar pemain yang identik dengan nomor punggung 86 sesuai tahun kelahirannya.

Bakat Boaz mulai mendapat perhatian saat ia tampil di Piala Suratin U-17 2004 membela Perseru Serui. Ia diboyong Rully Nerre dan asisten Fernando Fairyo ke tim PON Papua yang akan berlaga di PON Palembang 2004.

Di ajang tersebut Papua juara bersama dengan Jawa Timur. Nama Boaz mencuat jadi top scorer dengan koleksi 10 gol. Boaz T Solossa sendiri sejak usia 16 tahun sudah menjadi kapten PON Irian Jaya.

Penampilan memikat Boaz di tim daerah membuat pelatih Timnas Indonesia, Peter Withe, kepincut berat. Ia meminta kepada PSSI agar sang pemain bergabung.

Proses pemanggilan Boaz ke timnas berbelit-belit. Sang paman, Jaap Solossa yang sudah jadi Gubernur Papua, tak rela keponakannya harus bolak-balik Sorong-Jakarta, di saat dirinya sedang fokus menjalani pendidikan di tingkat SMA.

“Buat keluarga besar Solossa, pendidikan hal paling penting. Tidak boleh di antara kami yang jadi orang bodoh. Semua harus punya ijasah perguruan tinggi,” tutur Jaap dalam sebuah wawancara pada periode 2005.

Belakangan, setelah dibujuk akhirnya Jaap luluh. Sejatinya Boaz ingin membela Tim Merah-Putih. “Almarhum papa pasti amat bangga,” katanya.

Piala AFF 2004 jadi etalase kehebatan sang pemain. Walau belum berstatus sebagai pemain profesional ia langsung jadi pemain inti. Berduet dengan Ilham Jaya Kesuma di sektor depan, mereka jadi momok menakutkan bagi tim lawan.

Di pentas turnamen Boaz akhirnya bersanding dengan abangnya Ortizan yang juga jadi bagian skuat Tim Garuda.

Ortizan jadi sosok yang paling emosional ketika Boaz mendapat tekel horor di leg pertama final Piala AFF 2004 melawan Singapura. “Ingin rasanya saya menonjok muka Bhaihaki Khaizan. Ia sengaja ingin mencederai adik saya,” kata Ortizan.

Setelah Piala AFF 2004, kedua abang beradik beda jalan dalam meretas karier. Boaz dikontrak klub kampung halamannya, Persipura Jayapura. Sementara Ortizan digaet Persija Jakarta.

Momen mengharukan terjadi ketika keduanya kembali bersua di final Liga Indonesia 2005 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan. Ortizan akhirnya harus rela melihat adik kandungnya meraih trofi kasta tertinggi bersama Tim Mutiara Hitam setelah mereka menang 3-2 atas Tim Macan Kemayoran.

“Akhirnya ada dua keluarga Solossa mengangkat piala Liga Indonesia. Kebahagiaan Boaz juga menjadi kebahagiaan saya,” ujar Ortizan.

Jaap sempat meminta Ortizan mudik ke Papua, namun yang bersangkutan menolak karena keinginannya mengembara di luar pulau.

Keduanya pemain kemudian baru bereuni di Persipura pada musim 2008-2009, setelah semusim sebelumnya Ortizan sempat membela Arema FC.

Boaz dan Ortizan sukses mempersembahkan tiga gelar Indonesia Super League buat Persipura (musim 2008-2009, 2010-2011, dan 2013).

Ortizan memutuskan pindah ke Persiram Raja Ampat pada musim 2014 sebelum dua musim berselang memutuskan gantung sepatu dan kini sibuk menjadi Sekda di Papua Barat.

Kehebatan Boaz sebagai predator tajam mencetak gol belum ada yang bisa menandingi hingga saat ini. Selain mempersembahkan lima gelar juara kasta tertinggi buat Persipura pada musim 2005, 2008-2009, 2010-2011, 2013, dan 2016, ia juga tercatat sebagai pemain lokal murni yang paling banyak jadi top scorer.

Ia jadi pemain paling tajam musim 2008-2009 (28 gol), 2010-2011 (22 gol), 2013 (25 gol). Dalam ketiga musim itu ia juga jadi pemain terbaik, plus penghargaan serupa di tahun 2016. Ia pun tercatat sebagai kapten Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 silam.

Selain Boaz dan Ortizan, masih ada satu lagi putra Christopher Solossa yang meretas karier sebagai pesepak bola profesional. Ia adalah Nehemia Solossa.

Posisi bermainnya sama dengan Boaz, yakni penyerang. “Bicara skill, sejatinya kemampuan teknik Nehemia lebih baik dibanding Boaz. Dulu Papa menyakini adik saya yang satu itu bakal jadi striker hebat,” tutur Ortizan.

Boaz mengakui kehebatan sang abang. “Saya penganggum Nehemia. Kalau sudah pegang bola, sulit menghentikan dia,” kata Bochi, sapaan akrab Boaz.

Sayang rekam jejak Nehemia tak sementereng kedua abangnya. Seringkali terjebak kasus indisipliner pemain kelahiran 5 Juli 1983 tersebut lebih banyak menghabiskan karier di klub-klub medioker.

Nehemia sempat berkiprah di Persegi Gianyar, Persikad Depok, Persekabpas Pasuruan, Persibo Bojonegoro, Persiram Raja Ampat. Terakhir ia merumput bersama PS Barito Putera pada musim 2012. Sekarang yang bersangkutan sudah gantung sepatu. Kini tinggal Boaz T Solossa yang masih memperkuat tim Mutiara Hitam dan berjuang untuk lolos ke Group AFC 2021. Akankah Boaz mampu membawa Mutiara Hitam masuk ke babak final sebagai hadiah terbesar bagi sepak bola di tanah Papua? Lihat saja nanti kerja keras Jacksen F Tiago dalam meracik tim Mutiara  Hitam ke depan.(*)

Adolf Kabo, striker timnas Asian Games 1986

Jayapura, GP-Mantan striker Perseman Manokwari dan tim PON Irian Jaya 1985 Adolf Kabo meninggal dunia pada Minggu (4/4/2021) di RS AL Manokwari karena sakit setelah dirawat sejak akhir Maret 2021. Penyerang kelahiran Manokwari 61 tahun ini mulai berprestasi ketika membela kesebelasan KNPI Irian Jaya ke Jakarta pada era 1980 an.

Adolf Kab0 (1960-2021)

Pemain kelahiran Manokwari 3 Maret 1960 mengawali kariernya bersama kesebelasan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Irian Jaya. Sejak itu namanya mulai dikenal dan terpilih memperkuat tim PON Irian Jaya pada 1985 di Jakarta.

Bersama tim Irian Jaya Adolf Kabo, Elly Rumaropen, Max Krey, Mettu Dwaramuri, Sergius Fonataba dan kawan kawan meraih medali emas setelah kalah  melawan tim PON Sumut ddalam drama adu finalti di Stadion GBT Senayan Jakarta dengan skor 3-2.

Selanjutnya pada 1986 membawa Perseman Manokwari lolos ke babak final Perserikatan melawan Persib Bandung yang diperkuat Adjat Sudrajat, Robby Darwis dan Korneles Rumawi.

Paul Cumming pelatih Perseman era 1984-1986 menulis dalam artikelnya berjudul Kisah Bir dan sepak bola ala Papua dalam laman resmi panditfootball.com menyebutkan bahwa Adolof Kabo adalah pemain kunci Perseman Manokwari Sebagai seorang striker, dia penyerang yang gol-golnya amat dibutuhkan. Tapi Kabo bukan sekadar goal-getter, dia juga nyawa tim. Dengan skill individunya, yang kadang kala membuatnya terlihat egois, Kabo sering meneror pertahanan lawan seorang diri. “Bersama partnernya di lini depan, Elly Rumaropen, dan pemain tengah Yonas Sawor, Kabo bisa sangat percaya diri mengobrak-abrik pertahanan lawan,”tulis Paul Cumming. Sayangnya dalam final melawan Persib Bandung, Adolf Kabo dan kawan kawan menderita kalah 0-1.

Masuk timnas 1986

Kehebatannya sebagai seorang striker haus gol, membuat namanya terpilih masuk timnas Indonesia di bawah arahan pelatih Bartje Matulapelwa. Saat itu Adolf Kabo, Yonas Sawor dan Robbie Maruanaya ikut memperkuat timnas Indonesia 1986 merupakan gabungan tim Perserikatan dan Galatama.

Selama memperkuat timnas Indonesia Adolf Kabo bermain bersama striker tim Galatama Ricky Yacobi.

Adolf Kabo dan kawan kawan lolos ke babak semifinal ASIAN Games 1986 dan meraih medali perunggu di Korsel. Selanjutnya pada Sea Games 1987 Adolf Kabo dan kawan kawan meraih medali emas. Selama di timnas melawan Qatar bermain imbang 1-1 dan salah satu gol dicetak Adolf Kabo dalam babak penyisihan grup Asian Games 1986. Saat melawan tim Saudi Arabia Indonesia kalah 0-2 sedangkan babak selanjutnya menang atas Malaysia dengan skor 1-0 dengan gol yang dicetak Yonas Sawor. Kekalahan Qatar 1-0 saat melawan Arab Saudi sehingga Indonesia masuk ke babak perempat final sebagai runer up Grup C mendamping Arabb Saudi. Sukses Adolf Kabo dan kawan kawan lolos masuk ke babak semi final melalui adu finalti melawan Uni Emirat Arab di mana striker Perseman ini juga mencetak satu gol bersama Ricky Yacobi dan kawan-kawan. Dalam babak semi final kalah 4-0 melawan Korsel, Begitupula dalam perebutan medali perunggu kalah melawan Kuwait dengan skor 5-0. Ini salah satu prestasi timnas Indonesia 1986 di Asian Games masuk semifinal bersama pelatih Bertje Matulapelwa

Perseman Manokwari dari Johanes Auri sampai Adolf Kabo

Jayapura, Jubi- Prestasi Perseman Manokwari selama piala Acub Zainal Cup 1974 hanya finish pada urutan ke empat. Karena juara Acub Zainal Cup saat itu tim asal Kota Rusa Persimer Merauke yang diperkuat striker Marinus Marisan dan bek tengah Edi Sabenan. Sedangkan klub Persipura hanya menempati runner up Acub Zainal Cup setelah dalam final Timo Kapisa, Hengky Heipon dan kawan kawan kalah melawan Persimer. Posisi ke tiga diraih PSBS Biak dan urutan ke empat diraih Perseman Manokwari,

Adolf Kabo (alm) Yonas Sawor (alm) dan pelatih Paul Cumings

Meski hanya menempati posisi ke empat dalam Acub Zainal Cup 1974, Perseman Manokwari menyumbang dua pemain berbakat ke Persipura, Yohanes Auri dan Marthen Jopari, kedua pemain ini posisi bek kiri dan bek kanan.

Usai memperkuat Perseman, Johanes Auri dan Marthen Jopari dipanggil memperkuat Persipura, selanjutnya pada 1976 bersama Edi Sabenan dari Persimer ikut Persipura mengikuti Piala Suharto pada 1976.

Selajutnya pada 1977, Johanes Auri perkuat tim PON Irian Jaya 1977 meraih medali perak, ikut  Persipura mewakili Indonesia ke King’s Cup 1997 di Bangkok Thailand dan turnamen perdamaian di Saigon (sekarang Ho Chi Minh City).

Pria kelahiran Manokwari, 30 Oktober 1954, ini prestasinya terus meningkat sehingga pelatih timnas asal Belanda  Wiel Corever, merekrutnya masuk timnas Indonesia babak pra Olimpiade. Sejak itu pula Johanes Auri menjadi langganan timnas Indonesia.

Setelah Yohanes Auri, Marten Jopari, Marthen Burwos dan Marthinus Kapisa, muncul pula generasi 1980 an bersama Perseman Manokwari. Adolf Kabo,  Wellem Mara, Kapten Perseman Yunias Muray, Piet Hein Suabey, Yohanes Kambuaya, Mundus Waney, Aris Kapissa dan Woof bersaudara, Yulius, Markus dan Mathias.

Nama Adolf Kabo dan Yonas Sawor dari Persis Sorong, sebagai dua pemain menonjol dalam Perseman karena terpilih memperkuat timnas dibawah pelatih Sinyo Aliandu dan Bartje Matulapelwa, meraih medali emas di Sea Games 1987 dan masuk semi final Asian Games 1986 di Seoul Korea Selatan.

Adolf Kabo lahir di Manokwari 2 Maret 1960, mengenal sepak bola secara alami dan berlatih di Persatuan Sepakbola Angkatan Laut (PSAL) di Manokwari awal 1980 an. Namanya juga mencuat tatkala perkuat tim KNPI Irian Jaya. Kabo kemudian dilirik pelatih Perseman Manokwari, Chris Leihitu untuk perkuat bond amatir Perseman Manokwari dalam kompetisi sepakbola PSSI wilayah Irian Jaya di Biak, 1984.

Menurut Ian Christian Warinussy pengacara di Kota Manokwari, dalam babak final di Biak , kedua tim menampilkan pemain terbaiknya dari Manokwari  Wellem Mara, Kapten Yunias Muray, Piet Hein Suabey, Yohanes Kambuaya, Mundus Waney, Aris Kapissa dan strikernya Adolf Kabo

Sedangkan tim tuan rumah PSBS Biak menurunkan para pemainnya Gustav Beroperay, Yules Jewun, Mathias Krey dan Ely Rumaropen. Gol tunggal Adolf Kabo dalam kompetisi PSSI wilayah Irian Jaya membawa Perseman Manokwari juara.

Setelah meraih juara zone Irian Jaya, Perseman Manokwari ikut kompetisi tingkat divisi I di Bekasi Jawa Barat dan selanjutnya ke Banda Aceh sehingga lolos ke Divisi Utama PSSI Perserikatan 1984 bersama Persipura Jayapura yang terlebih dulu lolos ke divisi Utama.

Memasuki kasta tertinggi PSSI Perserikatan, Perseman merekrut tiga pemain baru dari Persis Sorong Yonas Sawor dan dua pemain dari PSBS Biak Matias Krey dan Elly Rumaropen. Striker Elly Rumaropen sendiri pernah ikut bermain bersama Persipura.

Prestasi Perseman di Divisi Utama Perserikatan langsung masuk final setelah memenangkan laga babak penyisihan hingga bertemu di final. Dalam babak penyisihan Persipura Jayapura sempat bermain melawan Perseman Manokwari di Stadion Gelora Bung Karno Senayan dan berakhir imbang 0-0.

Dalam final melawan Persib Bandung, Adolf Kabo dan kawan kawan kalah melawan tim maung Bandung yang diperkuat Adjat Sudrajat, Robby Darwis, Djajang Nurdjaman dan pemain asal Papua bek kiri Corneles Rumawi.   Adolf Kabo dan kawan kawan kalah 0-1 akibat gol tunggal Djajang Nurdjaman. Sejak itu pula nama Adolf Kabo semakin dikenal membuat pelatih Sinyo Aliandu maupun Bartje Matulapelwa kepincut menariknya ke timnas Indonesia.

Berbeda dengan senior Perseman dan Persipura Johanes Auri menetap di Jakarta setelah pensiun sebagai karyawan Pertamina. Sedangkan Adolof Kabo kembali ke Manokwari dan menggeluti pekerjaannya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kantor Bupati Kabupaten Manokwari, Papua Barat  hingga pensiun. Adolf Kabo meninggal pada Minggu (5/4/2021) di Manokwari, istrinya Mariam Opur telah meninggal pada 2020 lalu. Ia meninggalkan empat anaknya masing masing Nuni, Jeffry, Rivaldo dan Rivalia beserta cucunya.

Ian Christian Warinussy dalam artikelnya menyebut legenda sepakbola Indonesia asal Tanah Doreh Manokwari ini sempat menjadi penatua pada Majelis Jemaat Gereja Kristen Injili (GKI) Di Tanah Papua Jemaat Ottouw Geissler, Biryosi  1990-an.

Sayangnya menurut Warinussy hingga akhir hayatnya  Adolf Kabo belum pernah memperoleh penghargaan dari Pemerintah Indonesia, Provinsi Papua maupun Kabupaten Manokwari. “Suatu fakta yang nyaris bertolak belakang dengan segudang prestasinya membawa nama Perseman Manokwari dan juga timnas Indonesia 1986,”tulis Warinussy.

 Padahal lanjut Warrinusy Kapolda Papua Barat Irjen Pol Drs Tornagono Sihombing berencana menggelar Turnamen Sepakbola Adolf Kabo Cup. “Sayangnya bentuk award untuk sang legenda Adolf Kabo belum sempat digelar alasan pandemic Covid 19,”kata Warinussy seraya memberikan ucapan Selamat jalan sang legenda Adolf Kabo. “Engkau pergi untuk selamanya, namun jasa dan prestasimu tetap tinggal sebagai warisan bagi masa depan sepakbola Manokwari dan tanah Papua,”kata Warinussy.(*)

Zah Rahan sekarang berbeda, Persipura butuh lini tengah yang cepat

Jayapura, GP-Mantan jenderal lini tengah Persipura asal Liberia Zah Rahan ingin gabung dengan Boaz dan kawan kawan, tetapi realitas hari ini sangatlah berbeda. Zah Rahan dulu cepat dan taktis, sekarang uzur dan lambat. Bahkan terakhir Zah  Rahan didera cidera hingga dilepas dari Madura United.

Pelatih Persipura Jacksen F Tiago sendiri sejak awal sudah menolak dan tidak lagi tertarik dengan pemain bernomor punggung 10 asal Liberia itu. Pasalnya tim berjuluk Mutiara Hitam sudah punya pengatur serangan muda, fisik prima dan bertalenta Todd Rivaldo Ferre. Bayangkan pemain pinjaman Persipura ke klub Liga II Thailand itu harus kembali bersama Boaz dan kawan kawan mengarungi AFC 2021, 19 Mei 2021.

Memang Persipura masih butuh pemain asing untuk posisi lini tengah dan pemain belakang. Apalagi sejak kepergian dua Brasil Thiago Amaral dan Arthur da Cunha, praktis lini belakang dan tengah berkurang, termasuk pula striker asing.

Kini tim Mutiara HItam sudah punya stok pemain tengah, gelandang bertahan M Tahir, gelandang bertahan Takuya Matsunaga dan Tod Ferre serta Ian Luis Kabes merupakan gelandang serang alias play maker. Di bawah gelandang serang masih ada Patrick Womsiwor yang juga bisa berposisi gelandang serang. Hanya Nelson Alom termasuk gelandang modern yang bisa bermain sebagai gelandang bertahan sekaligus playmaker dengan kemampuan tendangan jarak jauh dari luar kotak garis finalti.

Hanya sekarang kondisi tim Mutiara Hitam berbeda dengan dulu, karena tim dibentuk tanpa adanya kompetisi penuh. Terlalu banyak libur sehingga kebugaraan pemain tidak terjaga dengan baik kondisinya.

Pelatih Jacksen F Tiago  sendiri menilai bahwa kualitas permainan tim tim peserta Piala Menpora 2021 lebih cenderung mengandalkan semangat juang ketimbang teknik, fisik dan strategi yang kelihatannya belum maksimal.

Bahkan Jacksen F Tiago mengatakan tim berjuluk Mutiara Hitam tidak tertinggal jauh. Apalagi pelatih asal Brasil ini mengetahui persis seluruh kemampuan dan materi pemainnya. Jacksen bilang akan tetap melakukan persiapan dan latihan serta menggembleng fisik dan taktik bersama Boaz dan kawan kawan di Malang.

Berbeda dengan musim-musim terdahulu, pelatih Jacksen dan pihak menejemen sendiri memilih dan meramu pemain. Mulai dari pemain senior, Boaz, Ricardo Salampesy, Ian Luis Kabes, Tinus Pae dan Dede Sulaiman.

Selanjutnya Jacksen memanggil pulang, Ricky Kayame, Ferinando Pahabol dan Nelson Alom serta gelandang asal Jepang yang akrab dipanggil Taki.

Penyerang muda Gunansar Mandowen akan berpasangan dengan Ricky Kayame, Ferinando Pahabol, Boaz T Solossa dan Ian Kabes di lini depan.

Kecepatan Todd Ferre di lini tengah ditopang Nelson Alom, Takuya dan M Tahir akan memberikan rasa aman untuk memotong serangan tim lawan ke belakang. Sekaligus melakukan serangan balik cepat dengan mengandalkan Todd Ferre, Gunansar Mandowen dan Ricky Kayame.

Persoalannya sekarang adalah, kebugaran fisik pemain dan uji coba bertanding serta kerangka tim. Kelihatannya Jacksen F Tiago sudah punya kerangka tim paska kemenangan 1-0 saat pertandingan persahabatan melawan tim Uncen FC.

Sedangkan kebugaran dan fisik pemain perlu ditingkat, meski Boaz dan kawan –kawan baru saja mengikuti turnamen Piala Waena Cup selama sebulan di Kota Jayapura. Namun peningkatan stamina selama Maret dan April ini perlu ditingkatkan jelang pertandingan AFC 19 Mei mendatang.

Meski di Malang, baru saja terjadi gempa pilihan ke sana sangat tepat karena akan melalukan uji tanding dengan klub klub di sana termasuk beberapa klub Liga 1 Indonesia. Menghadapi tim lokal di Malang, bisa memberikan peluang untuk Jacksen F Tiago mematangan strategi, taktik dalam menurunkan pemain-pemain dalam skema serangang melawan tim lawan.

Jacksen F Tiago juga akan melihat rekaman pertandingan tim lawan dan mengontak sesama pelatih maupun pemain Brasil untuk menambah informasi tentang klub klub lawan dalam AFC 2021. Sebagai pelatih berpengalaman di AFC, Jacksen sudah pasti memiliki strategi dan taktik serta dukungan doa dari masyarakat di tanah Papua untuk meraih kemenangan lolos ke babak group AFC. (*)

Messi dan CR7 , duel Latino versus Eropah diujung karier

ERA Messi dan CR7 berbeda sekali dengan pesepak bola sekarang, karena persaingan dua kekuatan sepak bola dunia.  Gaya bermain pesepak bola latino yang alami dan bakat alam melawan gaya sepak bola benua biru. Pesepak bola Eropah jelas melahirkan bakat sepak bola lewat latihan dan sekolah sepak bola sehingga biasa masuk  industry sepak bola.

Ada gaya bermain yang berbeda ketika melihat Lionel Messi mendribel bola dan berlari tanpa melihat teman langsung pasing. Bahkan memiliki kemampuan berbeda dengan melewati dua sampai tiga pemain bek guna mencetak gol. Ronaldinho seniman bola asal Brasil menampilkan banyak trik sepak bola dalam setiap pertandingan.

“Sepak bola jalanan di Brasil selalu berawal di pantai-pantai Rio de Jeneiro, “Kenang jacksen F Tiago saat masih anak anak di Brasil. Begitu pula dengan Neymar atau Luiz Saurez di Uruguay, rata rata lahir dari sepak bola alamiah lalu masuk ke sekolah sepak bola.

Jacksen F Tiago sendiri masuk sejak usia tujuh tahun karena lolos seleksi masuk sekolah sepak bola di klub Flamengo hingga ke Botafogo dan akhirnya ke Indonesia di usia 26 tahun.  Hal ini berbeda dengan Chrisitano Ronaldo, Sergio Ramos, Killian Mbape, Pedri dan Iniesra serta Xavi Hernandez. Pemain Eeropah rata rata produk sekolah sepak bola yang menjadi mesin pencetak pesepak bola muda sehingga persaingan berbeda dengan pesepak bola latino, yang lahir dari bakat alam dan bermain sepak bola di pantai pantai Copacobana di Rio de Jeneiro. “Selalu saja ada trik baru dalam sebuah permainan sepak bola di Brasil karena selalu melahirkan pemain muda baru berbakat,”kata Jacksen F Tiago.

Mestinya era Messi versus CR7 bisa dilanjutkan dengan duel antara Neymar melawan Mbape sedangkan darah muda dari Argentina dan Brasil sekarang tak lagi Nampak menyamai Messi. Meskipun ada Neymar, Aguero maupun Dbala tetapi belum mampu mengalahkan Lionel Messi sebagai pembeda dan pesepak bola dari planet lain.

Meskipun ada M Salah maupun Sadio Mane belum ada dua pesepak bola bersaing selama beberapa musim di Liga Spanyol. “Saya dengan Lionel Messi selalu bersaing dalam 15 tahun dalam satu liga yang sama di Spanyol dan hubungan kita selalu baik,”kata CR 7 tentang rivalnya Messi.

Ada pula bintang baru Erling Braut Haaland pemain sepak bola profesional Norwegia yang bermain sebagai striker untuk klub Jerman Borussia Dortmund. Kini jadi incaran Barca dan Madrid, termasuk pula Ansu Fati dan Pedri.

Sebaik apapun pesepak bola Eropah asal Afrika maupun orang Spanyol, Perancis dan Italia serta Portugal sulit menandingi CR 7 dan Messi. Karena benar benar menggambarkan duel Eropah versus Latino sehingga berbeda dengan pesepak bola sekarang di liga Eropah. Butuh bertahun tahun, kata Lewndowski sejarah Messi dan CR 7 butuh waktu yang lama . “Mereka punya sejarah tersendiri,”katanya.(*)

Menakar persiapan menuju laga AFC 2021 dan keberuntungan Persipura

Jayapura, Jubi – Awal persiapan tim Persipura Jayapura-Papua di Liga 1 musim lalu, pelatih Jack F Tiago terlibat langsung dalam mempersiapkan materi pemain. Sayangnya, kompetisi baru mulai berjalan, Maret 2020, harus terhenti di tengah jalan gara-gara pandemi Covid-19. Hingga Januari 2021, tak ada tanda-tanda kompetisi akan digulirkan lagi, manajemen tim berjuluk Mutiara Hitam ini memutuskan membubarkan tim karena mengalami krisis finansial.

Jacksen F Tiago dan journalis jubi.co.id

Di tengah ketidakjelasan kompetisi, tim kebanggaan masyarakat Papua ini lolos ke babak play off Piala AFC 2021 bersama Bali United, meskipun sebelumnya PSSI telah menunjuk Persija Jakarta. Beruntung, pihak AFC menetapkan Persipura sebagai juara tiga menggantikan runner up Liga1, PSM Makassar, yang tidak lolos lisensi AFC.

Faktor keberuntungan pertama masih berpihak kepada Persipura, meski PSSI telah menunjuk Persija, tapi toh Persipura yang ikut babak play off. Keberuntungan lainnya karena factor pelatih, Jacksen F Tiago, yang berpengalaman selama membesut Persipura yang selalu lolos ke kompetisi AFC.

Usai mengalami kekalahan beruntun di Liga Champion Asia melawan klub-klub kuat dari China, Korea Selatan, dan Jepang, memberikan pelajaran berharga bagi Jacksen F Tiago. Apalagi Persipura saat itu tergabung di klub-klub elite di Grup F bersama Jeanbuk Motors Korsel, juara Liga Champion Asia 2006, Kashima Antlers (Jepang) juara Liga Jepang tiga kali berturut-turut, dan Chanchung Yatai (China). Persipura hanya menang 2-0 melawan Chanchung Yatai (China) di Jakarta. Klub asal China ini sekarang turun kasta ke Divsi Dua Liga China.

Usai tim Mutiara Hitam kalah telak melawan tim muda asal Korea Selatan Jeonbuk Motor di Stadion Utama Bung Karno dengan skor 4-1, pada 23 Februari 2010, Jacksen F Tiago kepada jubi.co.id mengatakan para pemain masih membawa kebiasaan di Liga Indonesia untuk berlaga di level Asia.

Lebih lanjut kata Jacksen F Tiago, kekalahan ini telah memberikan pelajaran berharga untuk terus dan serius membenahi tim kebanggaan masyarakat Papua itu dalam persiapan laga-laga selanjutnya di level Asia.

Prestasi terbaik tim Mutiara Hitam di AFC 2014, berhasil mencapai babak semi final Zona Asia. Kala itu, Boaz dan kawan-kawan dikalahkan Al Qadsia dari Kuwait dengan agregat gol 10-2.

Sebelumnya, AFC 2011, tim kebanggaan masyarakat Papua itu berhasil lolos ke babak perempat final setelah menyingkirkan Song Lam Nghe An dengan skor 3-1. Tapi gagal tembus babak semifinal karena dihadang tim kuat dari Irak, Arbil FC, kalah agregat dengan skor 3-1.

Meski demikian, tampaknya pelatih Jacksen bersama Persipura selalu beruntung dalam melatih dan mempersiapkan tim.  Walau pun tak memungkiri bahwa faktor X dalam tim berjuluk Mutiara Hitam selalu saja ada. Baik dalam kubu Persipura sendiri maupun dari luar, termasuk teror dan teriakan rasis dalam setiap pertandingan dan kompetisi di Liga1 Indonesia.

”Sepak bola Indonesia tanpa faktor nonteknis itu biasa dan merupakan bumbunya,” katanya kepada jubi.co.id sambil bercanda.

Manajemen tim Persipura telah memutuskan tak akan mengikuti ajang pemanasan Piala Menpora jelang Liga 1 mulai digelar. Boaz dan kawan kawan mulai bersiap diri guna menghadapi babak play off Piala AFC Mei mendatang.

Persipura akan mengikuti babak kualifikasi Piala AFC pada 19 Mei 2021 menghadapi pemenang Visakha (Kamboja) melawan Lalenok United di babak kualifikasi AFC 2021.

Jika menang, tim berjuluk Mutiara Hitam ini akan masuk ke Group H bersama Kedah Darul Aman (Malaysia) dan Lion City Sailors (Singapura).

“Persipura sudah siap tampil di ajang Piala AFC. Ya, saat ini pemain berlatih mandiri untuk menjaga kondisi fisik,” kata Ketua Umum Persipura Jayapura, Benhur Tomi Mano (BTM), dikutip dari Antara.

Apalagi pelatih Jacksen F Tiago sendiri sudah bertahan melatih Boaz T Solossa dan kawan kawan serta mulai memanggil pulang ke Papua pemain baru stok lama, Ricky Kayame dan Nelson Alom.

Tantangan terberat musim ini terutama menghadapi Piala AFC adalah persiapan tim tanpa adanya kompetisi. Jacksen F Tiago yang berpengalaman di kompetisi level Asia, terutama Piala AFC, tentunya sudah makan asam garam.

Tak heran kalau pelatih asal Brasil itu berani memprediksi bahwa timnya akan sulit berbicara banyak di Piala AFC. Pasalnya, kata Jacksen, kompetisi Liga 1 sudah terhenti hampir setahun.

Bagi pelatih yang pernah membawa tim kebanggaan masyarakat Papua ini lolos semi final AFC ini, kompetisi bagi klub sangat penting.

“Tim akan sulit bersaing karena jelas kompetisi vakum sehingga sangat mempengaruhi kualitas tim dan pemain,” katanya mengomentari penunjukan tim Persipura dan Bali United ke AFC Cup 2021 nanti.

Sudah hampir setahun kompetisi berhenti atau tidak mendapat izin, hal ini kata Jacksen sangat mempengaruhi kondisi fit pemain karena mengalami penurunan fisik, feeling ball, dan beberapa hal teknis lainnya.

Meski demikian tim Mutiara Hitam telah memutuskan ikut babak play off pada 19 Mei mendatang dan mulai melakukan latihan perdana pada Sabtu (20/3/2021) di Lapangan Mahacandra Universitas Cenderawasih di Waena, Kota Jayapura dipimpin pelatih kepala Jacksen F Tiago.

Persiapan selama sebulan bersama pelatih Jacksen F Tiago memang sulit, tetapi sekali lagi faktor keberuntungan masih saja ada, sandainya tim berlatih serius di tengah pandemi Covid-19 dan juga doa dari seluruh masyarakat di Tanah Papua bagi tim berjuluk Mutiara Hitam. (*)

Yakub Sayuri bikin kejutan di Piala Menpora 2021

Jayapura, Jubi – Adalah pemain muda Papua asal Kepulauan Yapen ini yang bikin kejutan, saat tim bertabur bintang Persija bertekuk lutut melalui gol dan assist dari Yakub Sayuri. Gol tersebut membuat PSM Makassar berhasil menundukkan Persija dengan skor 2-0.

Yakob Sayori- Bintang Muda Papua di PSM

Pemain sayap kiri PSM Makassar ini memberikan umpan manis kepada striker PSM Makassar, yang juga anak Papua asal Kepulauan Yapen, Patrick Wanggai. Patrick mencetak gol pertama tim berjuluk Juku Eja ini di akhir babak pertama.

Menjelang akhir babak kedua, Yakub Sayuri menggandakan kemenangan PSM dengan merebut bola dari bek tengah Persija asal Brasil Yan Motta yang membuat blunder fatal. Sayuri merebut bola dan berhasil mengecoh penjaga gawang Persija, Andritany, hingga membuahkan gol.

Kemampuan Sayuri membikin gol dan menyuplai bola ke pemain lain, membuat pelatih tim PON Papua 2021, Eduard Ivakdalam, kepincut menggunakan jasa pemain ini kalau PSSI tak menarik larangan menggunakan pemain profesional.

“Kecepatan dan kemampuan memberikan assist bagi pemain lainnya merupakan kehebatan Yakub Sayuri,” kata mantan Kapten Persipura ini kepada jubi.co.id di Lapangan Emsyik Waena, Kota Jayapura, belum lama ini.

Pemain kelahiran 9 September 1997 di Serui, Yapen dan pernah memperkuat Barito Putera ini, menjadi pencetak gol terbanyak saat membela Persemi Mimika dalam Liga 3 beberapa musim, selanjutnya pindah ke Persewar Waropen dalam Liga 2.

Pemain bertinggi badan 1,70 meter itu tak pernah melupakan jasa baik pelatih PON Papua, Eduard Ivakdalam, dan juga Jacksen F Tiago saat masih melatih Barito Putera.

Coach Jacksen sangat berjasa karena berani memainkan saya di menit awal di laga pertama saya. Juga teman-teman di tim dan lainnya,” katanya sebagaimana dilansir goal.com Indonesia.

Setelah bermain beberapa musim di Barito Putera, pemain sayap kiri ini bergabung bersama PSM Makassar. Selama memperkuat PSM Makassar di AFC 2020, lewat website resminya, AFC mengumumkan bahwa gol Yakub Sayuri adalah yang terbaik pada pekan kedua Piala AFC 2020.

Pasalnya, torehan prestasi di AFC 2020, pemain asal Kepulauan Yapen ini harus bersaing dengan pencetak gol Jeremie Lynch pada pertandingan Ceres Negroes versus Than Quang Ning. Gol Hassan Maattouk saat laga All Asar melawan Al Faisaly. Selanjutnya Hoy Phailin saat Syay Rieng melawan Bali United.

Sayuri meraih poin terbanyak 61 persen dan menjadi pemain terbaik pekan kedua AFC 2020. Tak heran kalau kehebatannya itu, transfermark.co.id mencatat nilai kontraknya berkisar Rp1,3 miliar.

Sama seperi pemain pemain asal Ternate yang juga kembar, Zulham dan Zulhim, ternyata Yakub Sayuri juga punya saudara kembar yaitu Yance Sayuri.

Yance Sayuri juga bergabung dengan PSM Makassar atas saran saudara kembarnya Yakub Sayori. Keduanya merupakan kembar identik sama dengan Zulham yang kini memperkuat PSM Makassar. (*)

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑