PT Persipura Papua dan sponsor di persimpangan jalan

Jayapura, Jubi- Hingga kini masih saja terjadi tarik menarik antara mantan manejer Persipura Yan Mandenas dan Ketua Umum Persipura BTM. Terutama soal laporan pertanggung jawaban  musim lalu Persipura di liga 2 yang terhenti di tengah jalan.

Langkah Persipura untuk kembali ke Liga 1 semakin jauh dan terseok-seok, gara-gara laporan dan minimnya sponsor hanya PT Freeport dan Bank Papua. Yan Mandenas sendiri mengaku akan memberikan laporan pertanggungan jawaban secara langsung ke pihak sponsor.

Tim berjuluk Mutiara Hitam bisa meraih sponsor karena sebuah prestasi dalam kancah sepak bola di Indonesia dan Asia karena berhasil lolos ke babak semifinal AFC 2014.

Mantan Vice Presiden Communication Freeport Riza Pratama mengatakan alasan perusahaan menjadi sponsor klub karena tim berjuluk Mutiara Hitam telah mengharumkan nama Papua.

“Kami berharap para pemain Persipura akan kembali memberikan penampilan terbaik untuk pertandingan mendatang,” ujar Riza sebagaimana dikutip jubi.id dari tempo.co edisi 16 November 2015 lalu.

Namun kini tim berjuluk Mutiara Hitam turun tahta ke Liga 2 dan posisi tim Persipura sejajar dengan Persewar Waropen dan PSBS Biak dalam kompetisi musim ini. Apalagi Persipura sudah bukan lagi klub amatiran jaman Perserikatan dulu, sudah berbadan hukum bernama PT Persipura Papua.

Persipura sebagai klub yang pernah membawa nama Papua di kancah sepak bola nasional dan internasional. Kini dihadapi dengan kenyataan, harus menanti laporan mantan manajer baru bisa tim bergerak,karena menyangkut laporan pertanggung jawaban keuangan dari sponsor. Walau pun semua pihak tahu kalau Liga2 terhenti gara gara tragedi Kanjuruhan di Liga 1 di Malang.

Mencari sponsor oleh sebuah perusahaan bernama PT Persipura Papua tak segampang membalik  telapak tangan. Sebenarnya, kesulitan mendapat sponsor bagi tim berjuluk Mutiara Hitam selalu menjadi momok terutama awal kompetisi.

Jika menyimak ke masa jaya tim Mutiara Hitam, tim ini selalu menjadi klub yang paling belakang menyiapkan tim karena kendala sponsor. Buktinya pada kompetisi Liga 1 pada musim 2018. Tim Persipura baru melakukan persiapan dalam satu hingga dua pekan ke depan.

Kesulitan dalam mendapatkan sponsor menjadi kendala utama yang dialami dua musim terakhir. Hal itu diungkapkan Presiden Klub Persipura Benhur Tommy Mano kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/1/2018). Bersyukur, saat ini Persipura sudah memastikan dua sponsor; Freeport dan Bank Papua dengan total pemasukan  Rp 17 miliar.

Namun jumlah itu lanjut BTM belum cukup dalam mengarungi laga Persipura di Liga 1 kala itu. “Kami memang agak sulit untuk mencari sponsor lain yang bisa mendukung Persipura. Kami juga sudah mencoba mendekati sponsor lain di Pulau Jawa tapi tidak dapat,” kata Tommy Mano kala itu, saat diwawancarai reporter dari CNN Indonesia melalui sambungan telepon.

Lebih lanjut Tommy Mano mengungkapkan, ternyata sederet prestasi yang pernah didapat Persipura pada musim-musim sebelumnya tidak banyak membantu mendapatkan sponsor dari Pulau Jawa.

Apalagi sekarang ketika prestasi Persipura turun ke Liga 2. Posisinya sama dengan dua klub Papua lainnya Persewar dan PSBS Biak. Tim berjuluk Napi Bongkar PSBS Biak dan juga Persewar Waropen sedang dalam persiapan tim di tengah minimnya sponsor bagi klub-klub di tanah Papua.

Meski mantan manejer Persipura Yan Mandenas belum memberikan laporan keuangan, tetapi sebagai seorang politisi yang sibuk, dia  masih mampu meraih kembali sponsor dari PT Freeport dan Bank Papua.

Mandenas juga bisa meraih salah satu sponsor di luar Papua dan mungkin salah satu keberhasilan yang patut dibanggakan. PT Freeport sendiri posisinya sekarang juga sebagai sponsor utama PSSI dan bukan hanya klub-klub di Papua saja termasuk Persipura.

Oleh karena itu di tengah kesulitan mendapatkan sponsor, jelas manajemen PT Persipura Papua harus bekerja keras  mendapatkan pundi-pundi sponsor baru, ketimbang menunggu laporan keuangan sehingga terlambat mempersiapkan tim.

Kondisi terburuk tim Mutiara Hitam kalau terlambat menyiapkan tim atau gagal mengikuti kompetisi di Liga 2 jelas akan turun ke Liga 3. Kondisi ini telah dialami Persidafon Dafonsoro dan juga Mitra Kukar.

Pilihan lainnya adalah merelakan tim berjersey Bintang Empat itu  ke manajemen baru, seperti dialami klub Persiram Raja Ampat, Perseru Serui dan Persiwa Wamena.

Persipura kini berada di persimpangan jalan, PT Persipura Papua harus putar otak agar tim berjuluk Mutiara Hitam kembali ke jalur sebenarnya Liga 1. Jika terlambat dan gagal, maka pilihan lainnya turun ke Liga 3 atau dijual ke pihak lain dengan manajemen baru. (*)

Situs yang Dikembangkan dengan WordPress.com.

Atas ↑